Sabtu, 10 Desember 2011

Makalah Filsafat Pendidikan

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

A. Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah dan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Perkembangan awal kemunculan filsafat pendidikan islam meliputi masa kehidupan nabi Muhammad SAW dan masa pemerintahan Khulafah Al-Rasyidin. Periode awal perkembangan islam ini dibedakan dari periode berikutnya dengan pertimbangan bahwa selama masa kekuasaan nabi dan para penggantinya (Khulafah Al-Rasyidin), kekuasaan islam masih berpusat di wilayah Arab.
Pemikiran mengenai filsafat pendidikan pada periode awal ini merupakan perwujudan dari kandungan ayat-ayat Al Quran dan hadist yang keseluruhannya membentuk kerangka umun ideologi islam. Dengan demikian pemikiran mengenai pendidikan yang kita lihat dalam Al Quran dan Hadist mendapatkan nilai ilmiahnya. Dalam sejarah islam, pada masa nabi filsafat pendidikan islam sudah barang tentu tidak sempurna dan sistematis bahkan secanggih sekarang ini., karena pada masa itu masih bersifat sembunyi-sembunyi yang dilakukan di Dar-al-Arqam.
Di kota Mekkah menurut Mahmud Yunus pendidikan islam berorientasi kepada beberapa hal yaitu:
1. Pendidikan keagamaan
2. Pendidikan akliyah dan ilmiah
3. Pendidikan akhlak dan budi pekerti
4. Pendidikan jasmani
Disamping it diajarkan juga tentang Al Qur’an. Karena Al Qur’an merupakan intisari dari sumber pokok dari ajaran islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.
Pemikiran filsafat tentang pendidikan pada masa Rasulullah SAW ini terfokus pada upaya mengklasifikasi nilai-nilai akhlak mulia dalam kehidupan dengan menjadikan perikehidupan Rasulullah sebagai contoh. Filsafat pendidikan Al Qur’an itu sendiri menurut Muhammad Fadhil Al-Jamaly yang dikutip Hasan Langgulung meliputi lima masalah utama yaitu :
1. Tujuan pendidikan dalam Al Qur’an
2. Pandangan Al Quran terhadap manusia
3. Pandangan Al Qur’an terhadap masyarakat
4. Pandangan Al Qur’an terhadap alam
5. Pandangan Al Qur’an terhadap Khalik
Di Kota Madinah Rasulullah tetap menjalankan aktifitas pendidikan yang dilakukan di masjid. Masjid dapat dikatakan sebagai madrasah yang berukuran besar yang pada permulaan sejarah islam dan masa-masa selanjutnya adalah merupakan tempat menghimpun kekuatan islam baik dari segi fisik maupun mental.
Ketika rasulullah wafat aktivitas pendidikan tetap berjalandan dilakukan oleh Khulafa al Rasyidin. Pada masa ini pendidikan berjalan dengan baik bahkan tumbuh denan pesat sebab pada masa ini kekuasaan islam telah merambah keberbagai wilayah antara lain Iraq, Syiria, Palestina, Mesir dan Persia. Pada masa Khulafa al-Rasyidin aktivitas pendidikan disamping bertumpu perhatian yang serius pada pembelajaran, pengajian dan penelaah Al Qur’an dan Hadits.


B. Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam pada Masa Bani Abbasiyah
1. Sejarah Lahirnya Dinasti Bani Abbasiyah
Pada periode pertama, pemerintah bani abbas mencapai keemasannya. Secara politis, para Khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agam sekaligus. Disisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun, stelah periode iniberakhir pemerintah bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam
Pada masa bani Abbasiyah, kebudayaan dan peradaban sudah lebih maju bila dibandingkan dengan bani Umaiyah. Pendidikan baik ilmu naqli (agama) seperti munculnya ilmu tauhid, hadis,dan ilmu-ilmu agama lainnya. Demikian pula pengetahuan umum (ilmu naqli) berkembang pula dengan pesatnya seperti filsafat yunani telah diterima oleh umat.
Pada permulan bani Abbasiyah ilmu pengetahuan dan pendidikan berkembang dengan sangat pesat, sehingga terlahir sekolah-sekolah yang tidak terhitung banyaknya. Tersebar dari kota sampai ke desa-desa. Anak-anak dan pemuda-pemuda berlomba-lomba menuntut ilmu pengetahuan, melawat kepusat pendidikan, meniggalkan kampung halamanya karena cinta akan ilmu pengetahuan.
Pada masa nabi Muhammad, masa Khulafaurrasyidin, dan bani Umaiyah tujuan pendidikan hanya satu saja, keagamaan semata. Mengjar dan belajar krena Allah dan mengharapkan keridhoanya. Sedangkan pada masa bani Abbasiyah itu telah bermacam-macam karena pengaruh masyarakat pada masa itu. Tujuan itu dapat disimpulkan sebagai berikut;
1. Tujuan Keagamaan dan Akhlak
2. Tujuan Kemasyarkatan
3. Tujuan Pendidikan
4. Tujuan Kebendaan
Pada masa itu, sedikit banyak hampir sama dengan pendidikan bani Umaiyah dan masa sebelumnya. Pada masa Abbasiyah pendidikan sudah mulai berkembang yang mana sekolah-sekolah terdiri dari bebrapa tingkatan yang sudah sejakawal kebangkitan Islam, yaitu;
a. Tingkat sekolah rendah, namanya kuttab, lembaga pendidikan terendah untuk tempat belajar anak-anak mengenai dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan. Selai kuttab ada juga anak-anak yang belajar di rumah, istana, toko dan dipinggir-pinggir pasar.
b. Tingkat sekolah menengah, yaitu dimasjid dan dimajlis sastra dan ilmu pengetahuan sebagi sambungan pelajaran di kuttab. Selain itu biasanya pula pelajaran yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar daerah untuk menuntut ilmu kepad seseorang atau kepada seorang ahli dalam bidangnya masing-masing. Pengjarannya berlansung dimasjida atau durumah ulama yang bersangkutan.
3. Tingkat Sekolah Tinggi /perguruan Tinggi.
Lembaga Ini berkembang Pada Masa Bani Abbasiyah. Dengan berdirinya perpustakaan dan akademi baitul Hikmah di bagdad. Perputakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas karena disamping terdapat-kitab-kitab disan juga orng dapat mebaca, menulis dan berdiskusi.Rencana pembelajaran dari tingkah itu terdiri dari dua jurusan yaitu jurusan ilmu-ilmu agama dan bahsa Arab (ilmu naqliyah) dan jurusan ilmu-ilmu hikmah (filsafat atu ilmu aqliyah).
4. Sistem dan Metodologi Pengajaran
Sistem metodologi pengajaran pada masa ini yaitu seorang demi seorang, dan belum berkelas seperti sekarang ini, jadi gur harus belajar-mengajar murid-murid itu dengan bergantian yang mana cara ini dilaksankan pada tingkat rendah dan tingkat menengah.
Sedangkan pada tingkat tinggi, dengan berkelompok dan berhalaqah. Guru duduk diatas tikar dan di depannya duduk pelajar dengan berhalqah (berkeliling). Apabila gur menghafal pelajaran/ dituliskannya sebagai diktat, maka dibacakannya pelajaran itu secara perlahan-lahan, para pelajar menuliskan apa yang dibaca oleh gurunya, seperti pelajaran imla (dekte) masa sekarang, selesai itu guru menerangka hal-hal yang sulit dari pelajaran itu.
Keterangan itu dituliskan pelajar dipinggir kertas pada akhir pelajaran Guru mengukang membawa pelajaran itu atau disuruhnya seorang pelajar membacanya untuk membenarkan apabila terdapar kesalahan. Apabila telah tamat ilmu yang diajarkan, lalu guru menandatangani beberapa naskah yang ditulis oleh pelajar. Kadang-kadang guru memberikan ijazah kepada pelajar itu bahwa ia berhak mengajar dan meriwyatkan kepada pelajar-pelajar yang lain. Dalam sitem halqah pelajar diperbolehkan bertanyatentang hal-hal yang sulit dan pelajar diperbolehkan halqoh apabila pengajaran tidak meuaskan baginya.
C. Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam pada Masa Bani Umayyah
1. Lembaga dan pusat pendidikan Islam
Pada zaman ini masjid menjadi semcam lembaga sebagai pusat kehidupan dan kegiatan ilmu terutama ilmu-ilmu agama. Seorang ustadz duduk dalam masjid dan murid duduk di sekelilingnya mendengarkan pelajarannya. Kadang dalam satu masjid terdapat beberapa halaqoh dengan ustadz dan pelajaran berbeda-beda. Kadang pula ustadz menggunakan rumahnya untuk mengajar. Pada zaman ini belum ada sekolah atau gedung khusus sebagai tempat belajar. Beberapa ustadz pada masa ini adalah Abdullah bin Abbas, Hasan Basri, Ja'far As-Shidiq dan lain-lain.
Sedangkan kota-kota yang menjadi pusat kegiatan pendidikan ini masih seperti pada zaman Khulafaur rosyidin yaitu, Damaskus, Kufah, Basrah, Mesir dan ditambah lagi dengan pusat-pusat baru seperti Kordoba, Granada, Kairawan dan lain-lain.
2. Materi bidang ilmu pengetahuan.
Materi/ilmu-ilmu agama yang berkembang pada zaman ini dapat dimasukan dalam kelompok Al-Ulumul Islamiyah yaitu ilmu-ilmu Al-Qur'an, Al-Hadits, Al-Fiqih, At-Tarikh, Al-Ulumul Lisaniyah dan Al-Jughrofi. Sedangkan Al-Ulumul Islamiyah dapat dibagi menjadi tiga bagian :
• Al-Ulumul Syar'iyah, yaitu ilmu-ilmu agama Islam.
• Al-Ulumul Lisaniyah, yaitu ilmu-ilmu untuk memastikan bacaan Al-Qur'an, menafsirkan dan memahami Hadits.
• At-Tarikh wal Jughrofi.
3. Gerakan Filsafat
Gerakan filsafat muncul di akhir zaman bani Umayyah untuk melawan pemikiran Yahudi dan Nasrani. Pemikiran teologis dari agama Kristen sudah berkembang lebih dulu sebelum datangnya Islam dan masuk ke lingkungan Islam secara sengaja untuk merusak akidah Islam. Karena itu timbul dalam Islam pemikiran yang bersifat teologis untuk menolak ajaran-ajaran teologis dari agama Kristen yang kemudian disebut Ilmu Kalam.
Ilmu kalam dalam perkembangannya menjadi ilmu khusus yang membahas tentang berbagai macam pola pemikiran yang berbeda dari ajaran Islam sendiri, karena dalam Al-Qur'an terdapat banyak ayat yang memerintahkan untuk membaca, berfikir, menggunakan akal dan sebagainya yang kesemuanya mendorong umat Islam, terutama para ahlinya untuk berfikir mengenai segala sesuatu guna mendapatkan kebenaran dan kebijaksnaan.
D. Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam Pada Masa Modern
Pada zaman modern pemikiran filsafat telah mengalami pembagian yang jelas dan tegas. Pembagian filsafat menjadi tiga bagian yaitu logika, metafisika dan estetika. Jadi, dari pendapat tersebut dikatakan bahwa filsafat merupakan kegiatan berfikir untuk mencari kebenaran mengenai dari segala sesuatu yang ada baik abstrak maupun kongkret. Namun denagn perkembangan zaman filsafat itu mengalami kemajuan, dimana tidak hanya soal-soal kerohanian dan pengetahuan berkenaan tentang etika kepribadian.
Salah satu pelopor pembaruan dalam dunia Islam Arab adalah suatu aliran yang bernama Wahabiyah yang sangat berpengaruh di abad ke-19. Pelopornya adalah Muhammad Abdul Wahab (1703-1787 M) yang berasal dari nejed, Saudi Arabia. Pemikiran yang dikemukakan oelh Muhammada Abdul Wahab adalah upaya memperbaiki kedudukan umat Islam dan merupakan reaksi terhadap paham tauhid yang terdapat di kalangan umat Islam saat itu. Paham tauhid mereka telah bercampur aduk oleh ajaran-ajaran tarikat yang sejak abad ke-13 tersebar luas di dunia Islam
Disetiap negara Islam yang dikunjunginya, Muhammad Abdul Wahab melihat makam-makam syekh tarikat yang bertebaran. Setiap kota bahkan desa-desa mempunyai makam sekh atau walinya masing-masing. Ke makam-makam itulah uamt Islam pergi dan meminta pertolongan dari syekh atau wali yang dimakamkan disana untuk menyelesaikan masalah kehidupan mereka sehari-hari. Ada yang meminta diberi anak, jodoh disembuhkan dari penyakit, dan ada pula yang minta diberi kekayaan. Syekh atau wali yang telah meninggal. Syekh atau wali yang telah meninggal dunia itu dipandang sebagai orang yang berkuasa untuk meyelesaikan segala macam persoalan yang dihadapi manusia di dunia ini. Perbuatan ini menurut pajam Wahabiah termasuk syirik karena permohonan dan doa tidak lagi dipanjatkan kepada Allah SWT
Masalah tauhid memang merupakan ajaran yang paling dasar dalam Islam . oleh karena itu, tidak mengherankan apabila Muhammad Abdul Wahab memusatkan perhatiannya pada persoalan ini. Ia memiliki pokok-pokok pemikiran sebagai berikut.
a. Yang harus disembah hanyalah Allah SWT dan orang yang menyembah selain dari Nya telah dinyatakan sebagai musyrik
b. Kebanyakan orang Islam bukan lagi penganut paham tauhid yang sebenarnya karena mereka meminta pertolongan bukan kepada Allah, melainkan kepada syekh, wali atau kekuatan gaib. Orang Islam yang berperilaku demikian juga dinyatakan sebagai musyrik
c. Menyebut nama nabi, syekh atau malaikat sebagai pengantar dalam doa juga dikatakan sebagai syirik
d. Meminta syafaat selain kepada Allah juga perbuatan syrik
e. Bernazar kepada selain Allah juga merupakan sirik
f. Memperoleh pengetahuan selain dari Al Qur’an, hadis, dan qiyas merupakan kekufuran
g. Tidak percaya kepada Qada dan Qadar Allah merupakan kekufuran.
h. Menafsirkan Al Qur’an dengan takwil atau interpretasi bebas juga termasuk kekufuran.
Untuk mengembalikan kemurnian tauhid tersebut, makam-makam yang banyak dikunjungi dengan tujuan mencari syafaat, keberuntungan dan lain-lain sehingga membawa kepada paham syirik, mereka usahakan untuk dihapuskan. Pemikiran-pemikiran Muhammad Abdul Wahab yang mempunyai pengaruh pada perkembangan pemikiran pembaruan di abad ke-19 adalah sebagai berikut.
a. Hanya alquran dan hadis yang merupakan sumber asli ajaran-ajaran Islam. Pendapat ulama bukanlah sumber
b. Taklid kepada ulama tidak dibenarkan
c. Pintu ijtihad senantiasa terbuka dan tidak tertutup
Muhammad Abdul Wahab merupakan pemimpin yang aktif berusaha mewujudkan pemikirannya. Ia mendapat dukungan dari Muhammad Ibn Su’ud dan putranya Abdul Aziz di Nejed. Paham-paham Muhammad Abdul Wahab tersebar luas dan pengikutnya bertambah banyak sehingga di tahun 1773 M mereka dapat menjadi mayoritas di Ryadh. Di tahun 1787, beliau meninggal dunia tetapi ajaran-ajarannya tetap hidup dan mengambil bentuk aliran yang dikenal dengan nama Wahabiyah.
Puncak daripemikiran mengenai filsafat pendidikan islam di periode modern terangkum dalm konferensi pendidikan islam sedunia. Penyelenggaraan konferensi ini dapat di nilai sebagai peristiwa yang bersejarah dalam kaitannya dengan perkembangan pemikiran para ahli pendidikan muslim. Selain itu, komperensi tersebut juga merupakan ajang kesadaran para ahli pendidikan dan cendikiawan muslim tentang perlunya diwujudkan suatu bentuk konsep pendidikan Islam yang dapat disepakati bersama.
Dengan demikian gagasan yang dimunculkan dalam komperensi dunia tentang pendidikan Islam tersebut dititik beratkan kepada usaha untuk mengembalikan ajaran islam secara murni dan sekaligus menyesuaikan dengan kebuthan dan perkembangan zaman modern.
















DAFTAR PUSTAKA

Zuhairimi, Dkk. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara
Nata, Abuddin. 2001. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu
http/ madura-elasukton. Blogspot com./ 2010/ 11 Pendidikan Pada Masa Bani Abbasiyah
Jalaludin dan Abdullah. 2007. Filsaafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group
http://motipasti.wordpress.com/tag/Pendidikan-Islam-Masa-Nabi-Muhammad-SAW/

Senin, 22 Agustus 2011

skripsi pba

الباب الأول
مقدمة

‌أ. الدّوافع لإختيار الموضوع
اللغة ألفاظ يعبر بها كل قوم عن مقاصدهم. واللغات كثيرة وهي مختلفة من حيث اللفظ ومتحدة من حيث المعنى، وأثرت من طريق النقل، واللغة العربية هي كلمات يعبر بها العرب عن أغراضهم، وحفظها القرآن الكريم والأحاديث الشريفة، وما رواه الثقات من منثور العرب ومنظومهم.
واللغة لها وظائف هامة. هى آدة التفكير ووسيلة الاتصال والتفاهم بين الناس. هى آدة التعليم والتعلم ولو لا ها لمَاَ أمكن للعملية أو التعلمية أن تُتم، ولانقطعت الصِلة بين المعلم والمتعلم، أي لتوقفت الحضارة الإنسانية، ظلت حياة الإنسان فى نطاق الغرائز الفطرية والحاجات العضوية الحيوانية. وبعبارة أخرى، إن اللغة هى ذاكرة الإنسانية وواسطة نقل الأفكار والمعارف من الآباء إلى الأبناء، ومن الأسلاف إلى الأخلاف، والتى لو لا ها لانقطعت الأجيال بعضها عن بعض. تُمَثِّل اللغة إحدى الروابط بين الناطقين بها، إذا تسهل عليهم الاتصال والتفاهم. "إن اللغة هى الآدة التى تُمَكّن الموهوبين والعباقرة فى كل قوم من إبراز مواهبهم وبداعئهم، ليكونوا قادة الأمة ومفكريها وعلماءها".
إذا كانت هذه الوظائف الأساسية للغة بعامة، فإن للغة العربية شأنا آخر يزيدها أهمية وخطورة. العربية إحدى اللغات التى كثر ناطقها فى هذا العالم. هى لغة القرآن والسنة النبوية الشريفة، أى إنها اللغة التى اختارها رب العالمين لتكون لغة الوحي لأهل الأرض جميعا. ومن هنا، كان على مسلم فى مشارق الأرض ومغاربها ان يهتمّ بها كاهتمامه بعقيدته الإسلامية التى يحرص عليها، وأن يعتزّ بها ويفضّلها على لغات الأرض الأخرى. وعرفنا أن هذه اللغة شرّفها الله وخلّده بخلود كتابه العزيز:        (يوسف:2). كما أنها تحمل فى أحشائها سنة نبيّهم وفقه علمائهم وحضارة أمتهم. إذن، ينبغى للمسلمين أن يتعلم العربية لفهم هذين المصدرين الأساسيين فى الإسلام هما القرآن والحديث.
اللغة العربية هى لغة عالمية ولغة دين الإسلام، وفى تطوير اللغة ليست اللغة العربيه لغة الدين فقط بل قد صارت لغة العلوم. وبجانب ذلك، اللغة العربية لغة عالمية تستعمل فى الاتصال بين الدول الكثيرة التى تشترك فى هيئة الأمم المتحدة، كما أنها تستعمل فى المناقشات العالمية والمناظرات والندوات الدولية. كثير من النصوص أو الكتب والخطابات والأخبار باللغة الأخرى يُنْقَل إلى اللغة العربية. والآن، هذه اللغة لغة رسمية فى هيئة الأمم المتحدة وهى لغة الاتصال العالمية والمشاركة بين الدول العربية والدول الأخرى.
قال الدكتور أحمد سليمان ياقوت كما نقله محمد منصور وكستيوان فى كتاب Panduan Terjemahan، Pedoman bagi Penerjemah Arab-Indonesia-Arab أن معرفة الدلالة أو المعنى فى تعلم العربية لا تتأتى من إدراك المعانى للكلمات فحسب، بل أن هناك جوانب أخرى لا بد من إدراكها ووضعها فى الحسبان حتى نحدّد الدلالة على وجه الدقّة. ونجمل هذه الجوانب ما يلى:
1. سياق الحال (cotexs of situation)
2. دراسة التركيب الصرفى للكلمات وبيان المعنى الذى تؤديه صيغتها (مثل غفر للتعدية و استغفر للطلب).
3. مراعة الجانب النحوى والوظائف النحوية.
4. دراسة التعبيرات الاصطلاحيات، مثل البيت الأبيض، الكتاب الأبيض والكتاب الأسود (مصطلحين سياسيين).
5. ملاحظة الجانب الصوتى الذى يؤثر على المعنى، مثل وضع صوت مكان آخر ومثل التنغيم والنبر (intonation and stress)،وغيرهما مثل نغمة السؤال والدعاء.
وبجانب ذلك، للكلمة معنيان: معنى مقالى (lexical meaning) أو معنى دلالى (denotatif) ومعنى مقامى (contextual meaning) أو معنى إيحائى (conotatif).
فمن تلك الملاحظات، نجد أن فهم المفردات العربية هى ورود التعبيرات الاصطلاحيات فى هذه اللغة. هى جزء من المفردات العربية التى صعب تعلمها لأنها كلمة أو مجموعة من الكلمات تأخذ معنى معينا ليس طبيعيا، ولا مدلولا عليه من أجزاء التركيب نفسها، والمعنى الموجود فيها يختلف بالمعنى الأصلى من أجزائها. لذلك، لا بد لنا أن نفهمها ونبحث عن طريقة تعليمها المناسبة كى نفهمها فهما كافيا لإستعمال اللغة بعينها.
قال مؤلف كتاب قاموس إديوم بهاس عرب مول سوجرووا فى مقدمة كتابه: "العبارة الاصطلاحية هى إحدى العناصر الأساسية بجانب القواعد النحوية والصرفية لسيطرة اللغة العربية جيدا كان أو غير جيد. هى مجموعة الكلمتان أو أكثر التى تؤدى عبارة لا نستطيع أن نترجمها حرفيا".
قال محمد إسماعل صنى : تعبيرات أو مجموعات من الكلمات التي لا نستطيع استنتاج معانيها من المعاني المستقلة لكل كلمة فيها.
انطلاقا من ورود العبارة الاصطلاحية فى اللغة العربية، نجد أن المعنى الكلمات العبارة الإصطلاحية لها معان كثيرة لا يستوي كلها. وهكذا ما ورد فى بلادنا إندونيسيا، اختلف العلماء الإندونيسيون فى ترجمة القرآن إلى اللغة الإندونيسية. لتصوير هذا الاختلاف، قارنْ بين الأمثلة التالية:
1.            (النور: 4)
2. رَمَى أَحْمَدُ الصَّيْدَ
3. رَمَى بِهِ عَلَى البَلَدِ
نجد أن هناك كلمةَ (رمى) لها معانى مختلفة، أما كلمة يرمون المحصنات فى الجملة الأولى عند علماء التفاسير بمعنى يقذفون العفيفات بالزنى وأما كلمة (رمى) فى الجملة الثانية بمعنى أطلق عليه ما يصيد به، وأما كلمة (رمى) فى الجملة الثالثة بمعنى سلّطه وولاّه.
وهكذا ما يحدث فى ترجمة الكلمات العربية إلى الإندونيسية فى المثال الآتى:
ردّ مكتبة البريد الخطاب إلى صاحبه
ردّ الطالب على سؤال الأستاذ ردًّا مُقْنَعًا
ترجم مول سوجاروو كلمة (ردّ إلى) الأولى بـ mengembalikan pada وكلمة (ردّ على) الثانية بـ menjawab . وترجمتها إلى الإندونيسية ما يلى:
Kantor pos mengembalikan surat kepada pemiliknya
Siswa itu menjawab pertanyaan guru dengan jawaban yang meyakinkan.
هكذا ظاهرة لغوية فى اللغة العربية ما نسميها العبارة الاصطلاحية التى صعُب لغير الناطقين بها أن يتعلمها ويفهمها. لو لا نهتم بورود التعبيرات الاصطلاحيات فى هذا المثال ونترجم هتين الكلمتين بمعنى واحد فخطأت ترجمتنا.
هناك البحث العام عن العبارات الإصطلاحيات فى سورة النور، من بنائها و شكلها و صفاتها وتخصصها و على كل شئ إختلافها من النظريات العلميات.من أجل ذلك، يهم الكاتب أن يبحث فى هذه الظاهرة اللغوية بالنظر إلى ترجمتها(المعنى) إلى اللغة الإندونيسية بالموضوع: "التعبيرات الإصطلاحيات فى سورة النور (دراسة تحليلية من حيث اللفظ والمعنى)". اختار الكاتب سورة النور لأنها سورة من سور القرآن الكريم. والقرآن قد تأثرتْ العربيةُ به تأثرا كبيرا إما فى مفرداتها وأساليبها وتراكيبها. لذلك، يجدر بنا أن نجعل لغة القرآن نموذجا للغة العربية ونستطيع أن نستعمل لغته عند التكلم أو الخطبة أو الكتابة وما إلى ذلك للتعبير الجيد لا سيما للتعبير باستعمال العبارة الاصطلاحية.

‌ب. تحديد المسألة
انطلاقا من المسائل السابقة, فيهم الكاتب أن يحدد المسائل الآتية:
1. ما أنواع التعبيرات الإصطلاحيات فى سورة النور ولماذا سميت عبارة اصطلاحية؟
2. كيفية المعنى الكلمات أو الجمل التى كانت من التعبيرات الإصطلاحيات فى سورة النور؟

‌ج. أغراض و فوائد البحث
أغراض من هذا البحث ما يلى:
1. لمعرفة عن التعبيرات الإصطلاحيات.
2. لمعرفة ترجمة الكلمات أو الجمل التى كانت من العبارات الاصطلاحية فى سورة النور.
أما فوائد البحث ما يلى:
1. فائدة نظرية
‌أ. هذا البحث يهدف إلى تنمية العلوم التربوية والإسلامية وعلى وجه الخصوص إلى تنمية العلوم المرتبطة باللغة العربية بإغناء نتائج البحوث المتعلقة بالعبارة الاصطلاحية وتسهيل فهم المفردات العربية الموجودة فى القرآن الكريم لتعليم اللغة العربية لأن فهم المفردات من أهم العناصر فى نجاح عملية تعلم اللغة العربية.
‌ب. عسى أن يكون هذا البحث مرجعا لمن أراد أن يفهم القرآن والمفردات المرتبطة بالعبارات الاصطلاحية.
2. فائدة تطبيقية
‌أ. يستهدف هذا البحث تسهيل مدرسى اللغة العربية بالمدارس أو المعاهد الإسلامية عند فهم المفردات العربية إما فى القرآن الكريم وإما فى الكتب العربية.
‌ب. وهم يهتمون بورود العبارات الاصطلاحية فى العربية عند التعليم كى يفهم الطلاب المعنى الحقيقى فى المفردات الصعبة فهمها.
‌ج. وعسى أن يكون هذا البحث مشجعا للطالب أن يبحث عن الطريقة السهلة لفهم المفردات العربية.
‌د. طريقة البحث
1. أجناس البيانات ومصادرها
أما البيانات التى يحللها الكاتب لهذا البحث هى البيانات النوعية، أى البيانات المتعلقة بالعبارات الاصطلاحية وتفسير سورة النور وترجمتها إلى اللغة الإندونيسية.
أجناس من البحث، بطريقة الوصف الوصفية، و الوصف الكمية.
2. طريقة جمع البيانات
يجمع الكاتب البيانات بطريقة مطالعة الكتب المتعلقة بالموضوع ثم يختارها الباحث البيانات التى تتناسب مع مقتضى الحال، وبعد ذلك، يميز الباحث تلك البيانات تفصيليا وربطها بالمشكلات فى هذه الدراسة.
3. تحليل البيانات
حدد الكاتب الخطوات لتحليل البيانات ما يلى:
‌أ. تحليل البيانات عن تعبيرات الإصطلاحية من أراء العلماء التفاسر والعلماء اللغة.
وبعد ذلك، يحلل الكاتب البيانات بإشراك المتغيرتين هما: العبارة التى كانت من العبارة الاصطلاحية بمقابلة عن تفسير القرآن الكريم من العلماء والقوامس العربية الإندونسية ثم يعرض الكاتب دلائل العلماء الإندونسيين فى ترجمة العبارات الاصطلاحية المختلفة.

‌ه. تنظيم البحث
الباب الأول هذا الباب يتحدث عن الدوافع لإختيار الموضوع، المسائل وتحديدها، النظرية التخميمية، أغراض البحث وفوائده، طريقة البحث (أجناس البيانات ومصادرها، وطريقة جمع البيانات وتحليل البيانات)، وتنظيم البحث.
الباب الثانى أما هذا الباب يبحث فى مفهوم العبارة الاصطلاحية, وأنواع العبارة الاصطلاحية, والفرق بين العبارة الاصطلاحية والاشتراك اللفظى, وأهمية دراسة العبارات الاصطلاحية فى تعليم اللغة العربية لغير الناطقين بها, وعلاقتها بطريقة الترجمة فى تعليمها, ومحتويات سورة النور عامةً.
الباب الثالث هذا الباب يتحدث عن نتيجة البحث، فيه إكشاف العام، و إكشاف الخاص. يتحدث عن التعبيرات الإصطلاحيات، عناصر بنائها، و الترجمة أو المعنى العبارة الإصطلاحية فى سورة النور.
الباب الرابع الخاتمة، هذا الباب يتكون على الخلاصة والاقتراحات

Jumat, 05 Agustus 2011

Keutamaan dan Kedudukan Orang yang Bertaqwa

Oleh : Saat Mubarak, Lc. Dikutip dari http://ukhti-leni.abatasa.com
Ma`aasyiral Mu`miniin Rahimakumullah….
Wasiat takwa senantiasa disampaikan oleh setiap khotib di awal khutbahnya, hal ini menunjukkan sekaligus menegaskan betapa pentingnya nilai taqwa di mata Allah swt, sehingga wasiat dengan tema taqwa ini menjadi salah satu rukun khutbah. Oleh karenanya orang-orang bertaqwa memiliki kedudukan dan keutamaan tersendiri, meraih derajat yang tinggi dihadapan Allah subhaahu Wa ta`alaa,
inilah beberapa keutamaan dan kedudukan mereka ;
Pertama : Yang bertaqwa adalah yang termulia di sisi Allah swt
Allah swt mendudukkan pribadi-pribadi bertaqwa meraih derajat kemuliaan yang tinggi di sisi-Nya, demikianlah firman Allah dalam Surah Al-Hujurat ayat ke-13
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.[QS. Al-Hujurat (49) : 13]

Demikianlah setelah Allah swt menyinggung kata yang mewakili jenis manusia, mereka yang bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, Allah swt menutup firman-Nya dengan ungkapan yang menunjukkan bahwa yang paling bertakwa dari merekalah yang paling mulia disisi-Nya tidak peduli apa warna kulit mereka, apa kebangsaan mereka, bahkan apa jenis kelamin mereka, yang bertaqwalah yang paling mulia.
Oleh karena itulah Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad; “Wahai sekalian manusia, sesunggunya Tuhan kalian adalah satu, ayahanda kalian adalah satu, ingatlah..! tidak ada keutamaan lebih bagi orang arab atas selain mereka, tidak pula bagi non arab atas orang-orang arab, tidak pula yang berkulit merah lebih utama dari yang berkulit hitam tidak pula yang berkulit hitam lebih utama dari yang merah, tak lain yang membuat lebih utama melainkan karena taqwa”. (HR. Imam Ahmad)
Maka bagi siapapun yang ingin meraih kemuliaan tertinggi disisi-Nya, hal itu tidak akan dicapai dengan sekedar harta, kemewahan, ataupun keturunan yang banyak, namun hanya dengan taqwa. Demikian ketika seseorang bertanya kepada Rasulullah,
يا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ أَكْرَمُ النَّاسِ ؟ قَالَ : أَتْقَاهُمْ "
“Wahai Rasulullah, Siapakah manusia termulia ? maka Rasulullah menjawab : “Yang paling bertaqwa” .
(HR. Bukhori dalam kitab ahadits al-anbiya’ dan Muslim dalam kitan Al-Fadha’il)
Kedua : Orang-orang bertaqwa adalah para wali dan kekasih Allah swt
Hadirin yang dirahmati Allah… orang-orang yang dalam dirinya bersemayam ketaqwaan akan menjadi wali sekaligus kekasih allah swt, begitu tegas Allah menyatakan dalam firman-Nya bahwa Dia mencintai orang-orang bertaqwa;
بَلَى مَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ وَاتَّقَى فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ
“(Bukankah demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa. [Qs. Ali Imran(3) : 76]
Innallaha yuhibbul muttaqin- sesunguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa, petikan firman Allah swt ini juga termaktub dalam Surah At-Taubah,surah ke-9 pada ayat ke-4 dan ayat ke-7 .
Karena mereka dicintai Allah maka mereka menjadi wali-wali Allah, merekalah para auliyaaullah, para wali bukanlah yang selalu memiliki kemampuan diatas rata-rata manusia biasa, memiliki kesaktian dengan ilmu kanoragannya dan berkemampuan supranatural…. Para wali Allah adalah orang-orang yang penug ketaqwaan kepada-Nya, tidak takut melainkan kepada Allah semata..
أَلا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.[QS. Yunus (10) : 62-63]
Ketiga : Meraih Ma`iyyatullah
Dengan ketakwaanya, pribadi bertaqwa akan dicintai Allah swt, dengan cinta-Nya, Allah akan senantiasa menganugerahkan mai`iyyah-Nya –kebersamaan-Nya, inilah kesertaan dan kebersamaan khusus yang Allah berikan kepada mereka oarang-orang yang bertaqwa,
وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
“dan bertaqwaah kepada Allah, dan ketahuilah sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa” [QS. Al-Baqarah(2) : 194]
Tentunya tidak ada kebersamaan yang lebih nikmat, tidak ada kesertaan yang lebih indah, tidak ada kedekatan yang lebih syahdu daripada ketika seorang hamba sedang merasa dekat dengan Tuhannya, merasa Allah swt sesantiasa menyertai dalam setiap langkahnya dalam menapaki jalan kehidupan ini. Maka dia akan berjalan mengarungi kehidupan ini; segala yang akan dia lalui dia lewati, semua itu dengan ketaqwaannya akan ia tempuh dengan ma`iyyatullah.
Keempat : Dimudahkan urusannya
Allah subhanahu wa ta`aala telah menegaskan dalam firman-Nya ;
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى
“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah”.[QS. Al-Lail (92) : 5-7]
Orang-orang yang bertaqwa adalah mereka yang gemar berbagi, mereka mau mencurahkan sebagian harta yang mereka miliki untuk kepentingan fi sabilillah, sanggup memberi di saat lapang maupun sempit, di waktu mudah maupun sulit, semua itu karena mereka benar-benar yakin akan adanya balasan syurga, maka kelak Allah akan memberi balasan yang baik dari apa yang telah mereka lakukan dan akan memyediakan jalan kemudahan bagi mereka dalam melakukan berbagi kebaikan .
satu hal yang tidak boleh terlewat dari perhatian kita disaat mentadaburi ayat-ayat diatas adalah adanya kata “A`tha” yang berarti memberi, ini memberi isyarat kepada kita bahwa setiap kita diharapkan memiliki kontribusi, baik dengan harta yang Allah titipkan kepada kita, fikiran dan ide, atau pun jasa dan tenaga yang bisa kita berikan. Maka jika semua ini kita lakukan dengan didasari iman dan dibingkai dengan nilai ketaqwaan kepada Allah swt maka ada jaminan bahwa Dia akan memudahkan segala urusan baik kita.
Kelima : Dilapangkan Rizkinya
Rizki adalah segala hal yang manfaat baiknya kembali kepada kita. Termasuk dalam kategori rizki adalah harta, kesehatan, ilmu, kesempatan dan peluang. Jadi rizki tidak terbatas pada harta.. Allah swt menjanjikann kepada mereka yang bertakwa untuk mendapatkan kemudahan jalan keluar termasuk di dalamnya jalan meraih rizki.
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya “. [QS. Ath-Thalaq (85) : 2-3)
Demikian sebagian ayat 2 dan 3 dari surah Ath-Thalaq ini memberikan gambaran kepada kita bahwa Allah swt menjamin kepada orang yang bertaqwa akan mendapatkan jalan keluar dari masalah yang sedang ia hadapi serta rezki yang datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan perlu kita renungkan bersama bahwa Allah swt menempatkan firman-Nya ini di sela-sela bahasan tentang masalah perceraian, yang bisa jadi ketika seeorang tidak lagi mampu mempertahankan keutuhan rumah tangganya sehingga kemudian bercerai- walupun perceraian adalah sesuatu yang halal namun dibenci Allah- perceraian itu terjadi tetap dalam upaya menjaga nilai ketakwaan kepada Allah, terkadang terbersit kekawatiran masalah rezki…. Dalam gambaran kondisi inilah kita mendapati seakan ayat ini menggedor kesadaran bahwa Allahlah yang Ar-Razzaq… dzat Pemberi Rizki, Dialah yang menjanjikan kemudahah kepada siapa yang mau benar-benar bertaqwa kepada-Nya.
Demikianlah khutbah yang singkat ini, semoga Allah swt melipat gandaklan kekuatan kita untuk berupaya menjadi pribadi-pribadi bertaqwa yang akan mendapat beberapa keutamaan diatas, adapun beberapa keutaman lain dari ketaqwaan akan kita sampaikan pada kesempatan yang akan datang, semoga Allah swt memberi kita umur panjang yang terhiasi dengan amalan keshalehan. Amien
Ma`aasyiral Mu`miniin Rahimakumullah….
cahaya iman
Kalau ada orang yang paling mulia dialah yang paling bertaqwa kepada Allah swt, kalau ada yang paling beruntung dialah orang yang bertakwa, kalau ada yang manusia yang paling hati-hati menapaki jalan hidup yang dilaluinya dialah orang yang bertaqwa, kalau ada orang yang paling waspada menjaga keluarganya agar tidak terjerumus kedalam lumpur dosa dialah orang yang bertakwa. Demikianlah ada sederet karakter dan kriteria baik yang pantas disandang oleh manusia yang bertaqwa kepada Allah, Tuhan yang menciptakan semesta raya, tempat hidup segenap mahluk-mkhluk-Nya termasuk manusia, memang pantaslah kiranya kalau mereka meiliki keutamaan tersendiri. Pada kesempatan ini kita akan melanjutkan bahasan kita tentang keutamaan dan kedudukan orang-orang bertakwa, setelah sebelumnya kita membahas lima keutamaan mereka, demikian berikutnya;
Keenam : Tergapainya Syurga dan Kenikmatan Akherat
Allah swt memberikan informasi kepada kita tentang orang-orang yang sukses dengan sebenar-benarnya sukses, mereka yang kesuksesanya terbawa sampai akherat, dan di antara mereka adalah pribadi bertakwa, demikianlah firman Allah swt dalam Surah An-Nur ayat yang ke-52;
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
“Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan”. [QS. An-Nur (24) : 52]
Orang yang benar-benar mendapat kemenangan adalah yang menang di kehidupan akherat, mereka para pemenang itu akan diberi kedudukan yang tinggi dan ditempatkan di tempat yang mulia, tempat yang sudah disediakan Allah swt untuk mereka, mereka yang takut kepada Allah swt disebabkan dosa-dosa yang pernah dikerjakannya serta memelihara diri dari segala macam dosa-dosa yang mungkin terjadi. Disaat kebanyakan orang melihat dunia adalah segala-galanya mereka memandang dunia hanyalah sarana, diwaktu umumnya orang ingin mengekalkan kekuasannya di dunia mereka melihat dunia ini sementara dan fana, itu semua karena adanya keimanan yang kuat dan menghujam sanpai dasar sanubarinya.
Dalam ayat yang lain Allah saw juga memberikan kabar gembira kepada yang bertaqwa,
وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. [QS. Ali Imran (3) : 133]

Ketujuh : Mendapat Pengajaran dari Allah swt
Hadirin yang dirahmati Allah… orang-orang yang bertaqwa kepada Allah swt akan senantiasa mendapatkan petunjuk dari Allah melalui Al-qur’an, karena memang Al-Qur’an adalah penunjuk bagi orang-orang bertaqwa-Hudal lil muttaqin- karena hanya orang-orang yang berupaya menjadi pribadi bertakwalah yang akan mampu menyerap petunjuk-petunjuk yang Allah ta`ala bentangkan dalam Al-Quranul Karim. Karena usaha yang dikerahkan untuk menjadi hamba bertakwa membuat mereka akan mendapatkan pengajaran dari Allah.;
وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Dan bertakwalah kepada Allah; Allah akan mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” [Qs. Al-Baqarah(2) : 282]
Imam Al-Qurthubiy –rahimahullah- mengatakan dala tafsirnya, “Ini adalah janji dari Allah, bahwa seseorang yang bertaqwa, maka Allah akan mengajarnya, yakni menjadikan dalam hatinya cahaya untuk memahami sesuatu yang disampaikan kepadanya, Allah swt akan menjadikan dalam hatinya ada pembeda(furqan) yakni sesuatu yang akan membedakan mana yang hak dan mana yang bathil, diantara yang menjelaskan ini adalah firman Allah swt
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَت�

Senin, 18 Juli 2011

makalah tentang membaca

• BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permendiknas nomon 22 tahun 2006 menyebutkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Selanjutnya disebutkan pula bahwa ruang lingkup pembelajaran bahasa meliputi empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis. Dalam pembelajarannya keempat aspek keterampilan berbahasa disajikan dalam porsi yang seimbang dan dilaksanakan secara terpadu. Bahan pembelajaran pemahaman diambil dari bahan mendengarkan dan membaca, yang meliputi pengembangan kemampuan untuk menyerap gagasan, pendapat, pengalaman, pesan, dan perasaan yang dilisankan atau ditulis. Bahan pemahaman tersebut mencakup pula karya sastra, baik asli Indonesia maupun terjemahan (daerah/asing). Keterampilan membaca adalah salah satu keterampilan reseptif di samping keterampilan mendengarkan. Sebagai salah satu keterampilan reseptif, membaca merupakan komponen pemahaman. Dalam kegiatan pembelajaran membaca, selain guru dituntut untuk memahami kurikulum yaitu memahami dan menguasai materi pembelajaran, guru juga harus mampu merancang pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Pada akhirnya, pada saat pelaksanaan pembelajaran membaca, guru tidak sekadar menugasi siswa membaca (dalam hati) kemudian mengerjakan tugas- tugas yang ada dalam wacana tersebut. Berdasarkan hal itulah, modul (suplemen) ini disusun untuk melengkapi bahan belajar mandiri (BBM) yang telah ada. Modul ini khusus tentang membaca dan pembelajarannya. Pada akhirnya, dengan membaca modul (suplemen) ini, guru akan lebih memahami konten (isi) tentang membaca dan dapat menyampaikannya dalam kegiatan pembelajaran di kelas. B. Tujuan Modul suplemen membaca ini memuat beberapa hal, yaitu: (1) konsep membaca, (2) konsep pembelajaran membaca, dan (3) perancangan pembelajaran membaca. Dengan membaca materi tentang konsep membaca, Pembelajaran Membaca – KKG 1
• diharapkan guru dapat menjelaskan pengertian, tujuan, jenis-jenis, teknik, dan tahap-tahap membaca. Selain itu juga mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi membaca. Selanjutnya, dengan membaca materi kedua tentang konsep pembelajaran membaca, diharapkan guru dapat menjelaskan konsep, karakteristik, kriteria pemilihan bahan, metode, media, dan kriteria penilaian dalam pembelajaran membaca. Pada akhirnya guru akan mampu merancang pembelajaran membaca yang dimulai dari memetakan KD membaca, menjabarkan KD menjadi indikator, menentukan materi dan sumber belajar, menentukan media pembelajaran, mengembangkan langkah-langkah pembelajaran, menentukan penilaian, dan merancang tindak lanjut setelah melakukan penilaian. C. Alokasi Waktu Alokasi waktu yang diperlukan untuk mempelajari modul suplemen membaca ini adalah 40 x 45 menit. Jumlah waktu yang tersedia tersebut dibagi sebagai berikut. No. Waktu Jenis Kegiatan 1. 10 menit Pendahuluan: Menyampaikan tujuan, alokasi waktu dan skenario pembelajaran. 2. 15 menit Brainstorming: Curah pendapat tentang membaca dan pembelajaran membaca, serta pengalaman dalam mengajarkan keterampilan membaca. 3. 50 menit Diskusi: Mendiskusikan materi dalam modul (suplemen). Peserta dibagi menjadi 3 kelompok (semua kelompok mempelajari bab I). Selanjutnya masing-masing kelompok mempunyai tugas sebagai berikut. Kelompok I: mempelajari dan mendiskusikan bab II A Kelompok II: mempelajari dan mendiskusikan bab II B Kelompok III: mempelajari dan mendiskusikan bab II C 4. 40 menit Presentasi: Masing-masing kelompok mempresentasikan ke depan, kelompok lain bertanya dan menanggapi. Fasilitator memberikan penguatan. 5. 25 menit Tanya jawab: Bertanya jawab tentang permasalahan yang belum dipahami. 6. 30 menit Simpulan: Fasilitator menyimpulkan hasil kegiatan. 7. 20 menit Penilaian: Peserta mengerjakan penilaian secara tertulis. Pembelajaran Membaca – KKG 2
• 8. 10 menit Refleksi: Mengungkapkan permasalahan yang timbul pada saat mempelajari dan mendiskusikan modul (suplemen) D. Sasaran Penulisan Modul Penulisan modul ini ditujukan untuk guru-guru SD sebagai peserta KKG pada kegiatan program BERMUTU Pembelajaran Membaca – KKG 3
• BAB II
KONSEP MEMBACA DAN PEMBELAJARAN MEMBACA
A. KONSEP MEMBACA
1. Pengertian Membaca Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang berhubungan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Membaca merupakan suatu proses aktif yang bertujuan dan memerlukan strategi. Hal ini didukung oleh beberapa definisi berikut ini. Hodgson (dalam Tarigan, 1985:7) mengemukakan bahwa membaca ialah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis. Dalam hal ini, membaca selain sebagai suatu proses, juga bertujuan. Depdikbud (1985:11) menuliskan bahwa membaca ialah proses pengolahan bacaan secara kritis, kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu. Definisi ini sesuai dengan membaca pada tingkat lanjut, yakni membaca kritis dan membaca kreatif. Selanjutnya, Anderson dalam Tarigan (1985:7) berpendapat bahwa membaca adalah suatu proses kegiatan mencocokkan huruf atau melafalkan lambang- lambang bahasa tulis. Hal ini sesuai dengan membaca pada level rendah. Finochiaro dan Bonono (1973:119) menyatakan bahwa membaca adalah proses memetik serta memahami arti/makna yang terkandung dalam bahasa tulis. Batasan ini tepat dikenakan pada membaca literal. Di pihak lain, Thorndike (1967:127) berpendapat bahwa membaca merupakan proses berpikir atau bernalar. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses pengucapan tulisan untuk mendapatkan isinya. Pengucapan tidak selalu dapat didengar, misalnya membaca dalam hati. Selanjutnya, membaca merupakan aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari menyimak, berbicara, dan menulis. Sewaktu membaca, pembaca yang baik akan memahami bahan yang dibacanya. Selain itu, dia bisa mengkomunikasikan hasil membacanya secara lisan atau tertulis. Dengan demikian, membaca merupakan keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan keterampilan berbahasa lainnya. Jadi, membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa, proses aktif, bertujuan, serta memerlukan strategi tertentu sesuai dengan tujuan dan jenis membaca. Syafi’ie (1999:6–7) menyebutkan, hakikat membaca adalah: (1) Pengembangan keterampilan, mulai dari keterampilan memahami kata-kata, kalimat-kalimat, paragraf-paragraf dalam bacaan sampai dengan memahami secara kritis dan evaluatif keseluruhan isi bacaan. (2) Kegiatan visual, berupa serangkaian Pembelajaran Membaca – KKG 4
• gerakan mata dalam mengikuti baris-baris tulisan, pemusatan penglihatan pada kata dan kelompok kata, melihat ulang kata dan kelompok kata untuk memperoleh pemahaman terhadap bacaan. (3) Kegiatan mengamati dan memahami kata-kata yang tertulis dan memberikan makna terhadap kata-kata tersebut berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dipunyai. (4) Suatu proses berpikir yang terjadi melalui proses mempersepsi dan memahami informasi serta memberikan makna terhadap bacaan. (5) Proses mengolah informasi oleh pembaca dengan menggunakan informasi dalam bacaan dan pengetahuan serta pengalaman yang telah dipunyai sebelumnya yang relevan dengan informasi tersebut. (6) Proses menghubungkan tulisan dengan bunyinyasesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. (7) Kemampuan mengantisipasi makna terhadap baris-baris dalam tulisan. Kegatan membaca bukan hanya kegiatan mekanis saja, melainkan merupakan kegiatan menangkap maksud dari kelompok-kelompok kata yang membawa makna. Dari beberapa butir hakikat membaca tersebut, dapat dikemukakan bahwa membaca pada hakikatnya adalah suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang berupa fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual dan merupakan proses mekanis dalam membaca. Proses mekanis tersebut berlanjut dengan proses psikologis yang berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Proses pskologis itu dimulai ketika indera visual mengirimkan hasil pengamatan terhadap tulisan ke pusat kesadaran melalui sistem syaraf. Melalui proses decoding gambar-gambar bunyi dan kombinasinya itu kemudian diidentifikasi, diuraikan, dan diberi makna. Proses decoding berlangsung dengan melibatkan knowledge of the world dalam skemata yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan. 2. Tujuan Membaca Rivers dan Temperly (1978) mengajukan tujuh tujuan utama dalam membaca yaitu: a. Memperoleh informasi untuk suatu tujuan atau merasa penasaran tentang suatu topik. b. Memperoleh berbagai petunjuk tentang cara melakukan suatu tugas bagi pekerjaan atau kehidupan sehari-hari (misalnya, mengetahui cara kerja alat- alat rumah tangga). c. Berakting dalam sebuah drama, bermain game, menyelesaikan teka-teki. d. Berhubungan dengan teman-teman dengan surat-menyurat atau untuk memahami surat-surat bisnis. e. Mengetahui kapan dan di mana sesuatu akan terjadi atau apa yang tersedia. f. Mengetahui apa yang sedang terjadi atau telah terjadi (sebagaimana dilaporkan dalam koran, majalah, laporan). g. Memperoleh kesenangan atau hiburan. Pembelajaran Membaca – KKG 5
• Ada beberapa tujuan membaca menurut Anderson (dalam Tarigan, 1985:9–10). “(1) menemukan detail atau fakta, (2) menemukan gagasan utama, (3) menemukan urutan atau organisasi bacaan, (4) menyimpulkan, (5) mengklasifikasikan, (6) menilai, dan (7) membandingkan atau mempertentangkan”. Selanjutnya, Nurhadi (1989:11) menyebutkaan bahwa tujuan membaca secara khusus adalah: (1) mendapatkan informasi faktual, (2) memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis, (3) memberi penilaian terhadap karya tulis seseorang, (4) memperoleh kenikmatan emosi, dan (5) mengisi waktu luang. Sebaliknya, secara umum, tujuan membaca adalah: (1) mendapatkan informasi, (2) memperoleh pemahaman, dan (3) memperoleh kesenangan. Hubungan antara tujuan membaca dengan kemampuan membaca sangat signifikan. Pembaca yang mempunyai tujuan yang sama, dapat mencapai tujuan dengan cara pencapaian berbeda-beda. Tujuan membaca mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam membaca karena akan berpengaruh pada proses membaca dan pemahaman membaca.
3. Jenis-jenis Membaca Menurut Tarigan (1985:11–13) jenis-jenis membaca ada dua macam, yaitu: 1) membaca nyaring, dan 2) membaca dalam hati. Membaca dalam hati terdiri atas: (a) membaca ekstensif, yang dibagi lagi menjadi: membaca survey, membaca sekilas, dan membaca dangkal, dan (b) membaca intensif, yang terdiri dari: membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi terdiri dari: membaca teliti, pemahaman, kritis, dan membaca ide-ide. Membaca telaah bahasa terdiri dari: membaca bahasa dan membaca sastra. Bila dibagankan,
2. jenis-jenis membaca tersebut adalah sebagai berikut. Pembelajaran Membaca – KKG
• MEMBACA Membaca Membaca Nyaring dalam Hati Membaca Membaca Ekstensif Intensif Membaca Membaca Membaca Survei Telaah Isi Telaah Bahasa Membaca Sekilas Membaca Membaca Membaca Dangkal Teliti Bahasa Membaca Membaca Pemahaman Sastra Membaca Kritis Membaca Ide-ide Jenis membaca menurut Nurhadi (1987:143) ada tiga macam, yakni membaca literal, membaca kritis, dan membaca kreatif. Pada materi ini jenis membaca yang akan dibahas adalah membaca nyaring, membaca ekstensif, dan membaca intensif. Berikut ini akan dibahas satu persatu jenis-jenis membaca tersebut. a. Membaca Nyaring Membaca nyaring (membaca bersuara) adalah suatu kegiatan membaca yang merupakan alat bagi pembaca bersama orang lain untuk menangkap isi yang berupa informasi bagi pengarang (Kamidjan, 1969:9). Tarigan (1985:22) berpendapat bahwa membaca nyaring adalah suatu kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang. Jadi, membaca nyaring pada hakikatnya adalah proses melisankan sebuah tulisan dengan memperhatikan suara, intonasi, dan tekanan secara tepat, yang diikuti oleh pemahaman makna bacaan oleh pembaca. Pembelajaran Membaca – KKG 7
• Menurut Kamidjan (1969:9-10) ada lima aspek dalam membaca nyaring yaitu: (1) membaca dengan pikiran dan perasaan pengarang; (2) memerlukan keterampilan menafsirkan lambang-lambang grafis; (3) memerlukan kecepatan pandangan mata; (4) memerlukan keterampilan membaca, terutama mengelompokkan kata secara tepat; dan (5) memerlukan pemahaman makna secara tepat. Dalam membaca nyaring, pembaca memerlukan beberapa keterampilan. antara lain: (1) penggunaan ucapan yang tepat; (2) pemenggalan frasa yang tepat; (3) penggunaan intonasi, nada, dan tekanan yang tepat; (4) penguasaan tanda bacaa dengan baik; (5) penggunaan suara yang jelas; (6) penggunaan ekspresi yang tepat; (7) pengaturan kecepatan membaca; (8) pengaturan ketepatan pernafasan; (9) pemahaman bacaan; dan (10) pemilikan rasa percaya diri. b. Membaca Ekstensif Membaca ekstensif merupakan proses membaca yang dilakukan secara luas, bahan bacaan yang digunakan bermacam-macam dan waktu yang digunakan cepat dan singkat. Tujuan membaca ekstensif adalah sekadar memahami isi yang penting dari bahan bacaan dengan waktu yang singkat dan cepat. Broughton (dalam Tarigan, 1985:31) menyebutkan bahwa yang termasuk membaca ekstensif adalah; 1) membaca survey, 2) membaca sekilas, dan 3) membaca dangkal. Berikut ini yang termasuk membaca ekstensif akan diuraikan satu persatu. 1) Membaca survey merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk mengetahui gambaran umum isi dan ruang lingkup bahan bacaan. Kegiatan membaca survey ini misalnya melihat judul, pengarang, daftar isi, dan lain- lain. 2) Membaca sekilas atau skimming adalah membaca dengan cepat untuk mencari dan mendapatkan informasi secara cepat. Dalam hal ini pembaca melakukan kegiatan membaca secara cepat untuk mengetahui isi umum suatu bacaan atau bagian-bagiannya. Membaca sekilas merupakan salah satu teknik dalam membaca cepat. Soedarso (2001:88-89) menyatakan bahwa skimming adalah suatu keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien dengan tujuan untuk mengetahui: (1) topik bacaan, (2) pendapat orang, (3) bagian penting tanpa membca seluruhnya, (4) organisasi tulisan, dan (5) menyegarkan apa yang pernah dibaca. 3) Selanjutnya, membaca dangkal merupakan kegiatan membaca untuk memperoleh pemahaman yang dangkal dari bahan bacaan ringan yang kita baca. Tujuan membaca dangkal adalah untuk mencari kesenangan. Pembelajaran Membaca – KKG 8
• c. Membaca Intensif Membaca intensif merupakan kegiatan membaca bacaan secara teliti dan seksama dengan tujuan memahaminya secara rinci. Membaca intensif merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis. Tarigan (1990:35) mengutip pendapat Brook menyatakan bahwa, membaca intensif merupakan studi seksama, telaah teliti, serta pemahaman terinci terhadap suatu bacaan. Yang termasuk membaca intensif ini adalah membaca pemahaman. Berikut ini akan diuraikan tentang membaca pemahaman. Membaca Pemahaman Menurut Tarigan (1990: 37) ada tiga jenis keterampilan membaca pemahaman, yaitu: 1) membaca literal, 2) membaca kritis, dan 3) membaca kreatif. Masing- masing jenis keterampilan membaca tersebut mempunyai ciri-ciri tersendiri. Oleh karena itu, dalam hubungannya dengan pengajaran membaca, tiga keterampilan membaca pemahaman ini perlu diajarkan secara terus-menerus. Setiap pertanyaan bacaan dalam buku teks harus selalu mencerminkan keterampilan membaca tersebut. 1) Kemampuan membaca literal adalah kemampuan pembaca untuk mengenal dan menangkap isi bacaan yang tertera secara tersurat (eksplisit). Artinya, pembaca hanya menangkap informasi yang tercetak secara literal (tampak jelas) dalam bacaan. Informasi tersebut ada dalam baris-baris bacaan (Reading The Lines). Pembaca tidak menangkap makna yang lebih dalam lagi, yaitu makna di balik baris-baris. Yang termasuk dalam keterampilan membaca literal antara lain keterampilan: 1) mengenal kata, kalimat, dan paragraf; 2) mengenal unsur detail, unsur perbandingan, dan unsur utama; 3) mengenal unsur hubungan sebab akibat; 4) menjawab pertanyaan (apa, siapa, kapan, dan di mana); dan 5) menyatakan kembali unsur perbandingan, unsur urutan, dan unsur sebab akibat. 2) Kemampuan membaca kritis merupakan kemampuan pembaca untuk mengolah bahan bacaan secara kritis dan menemukan keseluruhan makna bahan bacaan, baik makna tersurat, maupun makna tersirat. Mengolah bahan bacaan secara kritis artinya, dalam proses membaca seorang pembaca tidak hanya menangkap makna yang tersurat (makna baris-baris bacaan, (Reading The Lines), tetapi juga menemukan makna antarbaris (Reading Between The Lines), dan makna di balik baris (Reading Beyond The Lines). Yang perlu diajarkan dalam membaca kritis antara lain keterampilan: 1) menemukan informasi faktual (detail bacaan); 2) menemukan ide pokok yang tersirat; 3) menemukan unsur urutan, perbandingan, sebab akibat yang tersirat; 4) menemukan suasana (mood); 5) membuat kesimpulan; 6) menemukan tujuan pengarang; 7) memprediksi (menduga) dampak; 8) membedakan opini dan fakta; 9) membedakan realitas dan fantasi; 10) mengikuti petunjuk; 11) menemukan unsur propaganda; 12) menilai keutuhan dan keruntutan gagasan; 13) menilai kelengkapan dan kesesuaian antargagasan; 14) menilai kesesuaian antara Pembelajaran Membaca – KKG 9
• judul dan isi bacaan; 15) membuat kerangka bahan bacaan; dan 16) menemukan tema karya sastra. 3) Kemampuan membaca kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari kemampuan membaca seseorang. Artinya, pembaca tidak hanya menangkap makna tersurat (Reading The Lines), makna antarbaris (Reading Between The Lines), dan makna di balik baris (Reading Beyond The Lines), tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari. Beberapa keterampilan membaca kreatif yang perlu dilatihkan antara lain keterampilan: 1) mengikuti petunjuk dalam bacaan kemudian menerapkannya; 2) membuat resensi buku; 3) memecahkan masalah sehari-hari melalui teori yang disajikan dalam buku; 4) mengubah buku cerita (cerpen atau novel) menjadi bentuk naskah drama dan sandiwara radio; 5) mengubah puisi menjadi prosa; 6) mementaskan naskah drama yang telah dibaca; dan 7) membuat kritik balikan dalam bentuk esai atau artikel populer. Selain ketiga kemampuan membaca pemahaman tersebut di atas, yang termasuk membaca pemahaman antara lain juga membaca cepat. Jenis membaca ini bertujuan agar pembaca dalam waktu yang singkat dapat memahami isi bacaan secara tepat dan cermat. Jenis membaca ini dilaksanakan tanpa suara (membaca dalam hati). Bahan bacaan yang diberikan untuk kegiatan ini harus baru (belum pernah diberikan kepada siswa) dan tidak boleh terdapat banyak kata-kata sukar, ungkapan-ungkapan yang baru, atau kalimat yang kompleks. Kalau ternyata ada, guru harus memberikan penjelasan terlebih dahulu, agar siswa terbebas dari kesulitan memahami isi bacaan karena terganggu oleh masalah kebahasaan. 4. Teknik Membaca Keterampilan membaca yang perlu dilatihkan kepada siswa antara lain: latihan membaca dengan kecepatan tertentu, latihan mengukur kecepatan membaca, latihan menempatkan secara tepat titik pandang mata, latihan memperluas jangkauan pandang mata. Berikut ini beberapa teknik membaca dan penjelasannya. SQ3R SQ3R dikemukakan oleh Francis P. Robinson (seorang guru besar psikologi dari Ohio State University), tahun 1941. SQ3R merupakan proses membaca yang terdiri dari lima langkah: a. Survey,b. Question, c. Read,d. Recite (Recall),e. Review. Membaca dengan metode SQ3R ini sangat baik untuk kepentingan membaca secara intensif dan rasional. Berikut ini akan dibahas satu persatu tentang proses membaca dalam SQ3R tersebut. Pembelajaran Membaca – KKG 10
• a. S (Survey) Survey (menyelidiki) atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum yang akan dibaca dengan maksud untuk: 1) mempercepat menangkap arti, 2) mendapat abstrak, 3) mengetahui ide-ide yang penting, 4) melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut, 5) mendapatkan minat perhatian yang seksama terhadap bacaan, dan 6) memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah. Dalam kegiatan survey (prabaca) ini dilakukan dalam beberapa menit tujuannya untuk mengenal keseluruhan anatomi buku. Caranya dengan membuka-buka buku secara cepat dan menyeluruh yang langsung tampak oleh mata. Kegiatan survey tersebut bertujuan untuk memperoleh kesan atau gagasan umum tentang isinya. Kegiatan survey ini selain dilakukan terhadap sebuah buku yang akan dibaca, juga dapat dilakukan untuk melihat suatu artikel di koran atau majalah. Ada beberapa macam survey, yaitu: survey buku, survey bab, survey artikel, survey kliping. Kegiatan pertama yang perlu dilakukan pada saat survey buku adalah memperhatikan judul buku dan mengajukan pertanyaan tentang topik yang terkandung di dalamnya. Lalu melihat nama penulis dan atributnya yang biasanya memberikan petunjuk isi tulisan. Untuk melihat aktualisasinya, lihat tahun penerbitannya. Kalau ada baca juga sampul buku bagian belakang yang memuat pesan penerbit mengenai hal penting dari buku. Sesudah itu kegiatan yang perlu dilakukan adalah: 1) telusuri daftar isi, 2) baca kata pengantar, 3) lihat tabel, grafik, dan lain-lain, 4) lihat apendiks, 5) telusuri indeks. Berbagai kegiatan prabaca (survey) perlu dilakukan secara sekilas, minimal untuk mengenal seberapa tinggi tingkat keterpercayaan buku tersebut. Buku ilmiah yang baik minimal mengandung bagian-bagian buku tersebut. Setelah itu kita dapat menentukan sikap sejauh mana kita akan membaca buku tersebut. Apakah akan membaca bagian tertentu saja ataukah akan membacanya secara lengkap. Untuk itu, kita perlu melakukan kegiatan berikutnya, yaitu survey bab. Survey bab dilakukan lebih teliti dibanding survey pada keseluruhan isi buku. Pada kegiatan survey bab ini, kita bisa mengamati subjudul-subjudul dan kaitannya, juga amati alat bantu visual yang ada di bab tersebut, misalnya: grafik, peta, dan lain-lain. Setelah itu kegiatan yang perlu dilakukan pada survey bab ini adalah: 1) membaca paragraf pertama dan terakhir, membaca ringkasan (bila ada), dan 3) membaca subjudul yang biasanya memperjelas isi bab tersebut. Survey artikel perlu kita lakukan sebelum kita membaca artikel tersebut secara keseluruhan. Hal ini kita lakukan karena ada bermacam artikel. Ada artikel yang terus saja ditelan, ada yang perlu diuji kembali, ada yang perlu diringkas, ditimbang-timbang, atau mungkin langsung dibuang begitu saja. Survey artikel ini dapat dilakukan dengan tahapan: 1) membaca judul, 2) membaca semua subjudul, 3) mengamati tabel, 4) membaca kata pengantar, 5) membaca kalimat pertama subbab, dan 6) memilih bagian yang perlu atau tidak perlu untuk dibaca. Pembelajaran Membaca – KKG 11
• Survey kliping dilakukan untuk memilih bahan (kliping) baik dari surat kabar ataupun majalah yang benar-benar memenuhi kebutuhan atau keinginan kita. Kegiatan suvey kliping dilakukan dengan tahapan: 1) baca judul, 2) baca penulisnya agar dapat memperkirakan isinya dan dapat membuat keputusan untuk membaca atau tidak. Selanjutnya lakukan kegiatan seperti pada survey artikel. Dengan kegiatan survey tersebut kita dapat menentukan dengan cepat apakah kliping tersebut cocok dengan kebutuhan kita, sehingga perlu atau tidak untuk dibaca. b. Q (Question) Bersamaan pada saat survey, ajukan pertanyaan-pertanyaan tentang isi bacaan, misalnya dengan mengubah judul dan subjudul menjadi sebuah pertanyaan. Kita dapat menggunakan 5W+1H (What, Who, Where, When, Why, dan How). Pada waktu survey buku, pertanyaan kita mungkin masih terlalu umum, tetapi pada waktu survey bab, pertanyaan kita akan lebih khusus. Tujuan pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah membuat (pembaca lebih aktif dan lebih mudah menangkap gagasan yang ada. Selain itu, pertanyaan- pertanyaan tersebut akan membangkitkan keingintahuan kita, sehingga lebih meningkatkan pemahaman dan mempercepat penguasaan seluruh isi bab. c. R (Read) Read (membaca) merupakan langkah ketiga, bukan langkah pertama atau satu-satunya langkah. Pada langkah ketiga ini membaca mencari jawaban berdasarkan pertanyaan-pertanyaan. Pada tahap ini konsentrasikan pada penguasaan ide pokok. Kita dapat sedikit memperlambat cara membaca pada bagian-bagian yang kita anggap penting dan mempercepatnya pada bagian yang kurang atau tidak penting. Konsentrasikan diri untuk mendapatkan ide pokoknya serta mengetahui detail yang penting. d. R (Recite atau Recall) Pada kegiatan recite atau recall (mendaras) kita berusaha untuk memperkokoh perolehan kita dari membaca. Pada kegiatan ini apa yang telah diperoleh dihubungkan dengan informasi yang diperoleh sebelumnya dan kita bersiap diri untuk pembacaan selanjutnya. Pada kesempatan ini kita juga dapat membuat catatan seperlunya. Jika masih mengalami kesulitan, ulangi membaca bab itu sekali lagi. Sekalipun bahan itu mudah dimengerti, tahap mengutarakan kembali hal-hal penting itu jangan dilewatkan agar tidak mudah dilupakan. Pada tahap ini disediakan waktu setengah dari waktu untuk membaca. Hal ini bukan berarti pemborosan waktu, melainkan memang penting untuk tahap ini. e. R (Review) Review atau mengulangi merupakan kegiatan untuk melihat kembali keseluruhan isi buku. Kegiatan ini bertujuan untuk menelusuri kembali judul dan subjudul-subjudul atau bagian-bagian penting lainnya dengan menemukan pokok-pokok penting yang perlu untuk diingat kembali. Tahap ini selain membantu daya ingat dan memperjelas pemahaman juga untuk mendapatkan hal-hal penting yang barangkali kita terlewati sebelum ini. Pada langkah kelima Pembelajaran Membaca – KKG 12
• ini berusahalah untuk memperoleh penguasaan bulat, menyeluruh, dan kokoh atas bahan. Skimming Skimming merupakan tindakan untuk mengambil intisari atau saripati dari suatu hal. Oleh karena itu, skimming merupakan cara membaca hanya untuk mendapatkan ide pokok, yang dalam hal ini tidak selalu di awal paragraf, karena kadang ada di tengah, ataupun di akhir paragraf. Pada kegiatan skimming ini, kita dapat melompati bagian-bagian, fakta-fakta, dan detail-detail yang tidak terlalu dibutuhkan, sehingga kita hanya memusatkan perhatian dan cepat menguasai ide pokoknya. Kegiatan skimming ini sering kita lakukan meskipun tanpa kita sadari. Kegiatan itu untuk sekadar mengetahui apakah sebuah buku yang akan dibaca itu sesuai dengan yang dibutuhkan. Skimming seperti itu juga lazim disebut sebagai browsing buku. Skimming merupakan suatu keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien, untuk berbagai tujuan. Tujuan skimming adalah untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya. Selain itu, skimming juga bertujuan untuk: 1) mengenali topik bacaan; 2) mengetahui pendapat (opini) orang; 3) mendapatkan bagian penting yang kita perlukan tanpa membaca keseluruhan; 4) mengetahui organisasi penulisan, urutan ide pokok, kesatuan pikiran, dan hubungan antarbagian dari bacaan tersebut; dan 5) penyegaran apa yang telah dibaca. Gerakan mata saat membaca dengan cara skimming ini hampir seperti jika membaca lengkap, kecuali jika kita akan melompati bagian-bagian tertentu. Cara yang efektif adalah menelusuri awal paragraf yang memuat ide pokok. Lalu cepat bergerak (melompat atau skipping) ke bagian lain paragraf itu dan berhenti (fixate) di sana-sini jika menemukan detail memahami, kemudian bergerak cepat lagi dan berhenti lagi untuk memungut detail atau gagasan yang penting. Detail penting dapat ditunjukkan oleh tipografi atau tanda-tanda rincian yang biasanya dengan mudah kita kenali. Skimming juga disebut sebagai review atau tinjauan balik. Skanning Skanning adalah suatu teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi tanpa membaca yang lain-lain, jadi langsung ke masalah yang dicari, yaitu fakta khusus dan informasi tertentu. Skanning sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya untuk mencari: nomor telepon, arti kata pada kamus, entri pada indeks, angka-angka statistik, acara siaran TV, dan melihat daftar perjalanan. Gerakan mata dalam skanning tidak jauh berbeda dengan skimming. Untuk mengetahui tempat informasi tertentu, bantuan yang baik adalah judul-judul bab dan subjudulnya. Jika yang dicari itu suatu angka, gerakan mata dengan cepat dan berhentilah pada setiap angka yang kiranya mirip, jika kiranya bukan, jangan ditunda lagi, teruskan bergerak ke bawah. Demikian juga untuk mencari suatu nama. Jadi, kegiatan skanning adalah untuk mencari informasi khusus. Karena itu kita perlu terlebih dahulu mengetahui apa yang akan kita cari. Selain itu, skanning juga dapat dilakukan pada bacaan yang berupa prosa. Yang dimaksud dengan skanning prosa adalah mencari informasi topik tertentu Pembelajaran Membaca – KKG 13
• dalam suatu bacaan, yaitu dengan mencari letak di bagian mana dari tulisan itu memuat informasi yang dibutuhkan. Caranya adalah: 1) mengetahui kata-kata kunci yang menjadi petunjuk, 2) mengenali organisasi tulisan dan sturuktur tulisan, untuk memperkirakan letak jawaban, 3) gerakkan mata secara sistematik dan cepat seperti anak panah meluncur ke bawah atau dengan pola “S” atau zigzag, dan 4) setelah menemukan tempatnya, lambatkan kecepatan membaca untuk meyakinkan kebenaran yang kita cari. Seorang penulis, jika ingin hasil tulisannya lebih baik tidak dan hanya mengacu pada satu sumber saja, melainkan pada beberapa sumber. Untuk itu, diperlukan cara cepat untuk memperoleh informasi topik tertentu pada beberapa sumber. Penulis tidak perlu membaca keseluruhan tetapi cukup dengan skanning melalui daftar isi dan indeks, serta alat-alat visual, seperti grafik. Dalam sebuah buku, mungkin topik yang dicari tersebut menyebar di berbagai bab buku dan harus segera ditemukan dengan mengantisipasi beberapa kemungkinan. Pencarian tersebut harus cepat agar segera dapat beralih dari satu buku ke buku lainnya agar informasi tersebut dapat segera kita kuasai atau dipahami. Pada saat membaca mungkin kita menemukan beberapa kata sulit. Hal itu jangan membuat kita memperlambat cara membaca kita. Arti kata sulit tersebut dapat kita sesuaikan dengan konteks kalimat yang ada. Bila memang kata tersebut terlalu sulit dan tidak kita pahami maknanya, barulah kita melakukan skanning kata di kamus. Dalam melakukan kegiatan tersebut, kita perlu memperhatikan: 1) ejaan kata itu dengan seksama; 2) cara pengucapan, panjang pendeknya, dan aksen (tekanannya); 3) etimologinya; 4) pengertian yang sesuai dengan konteks kalimatnya; 5) contoh kalimatnya; dan 6) petunjuk halaman yang ada di setiap halaman. Untuk menemukan nomor telepon dengan cepat, kita juga perlu melakukan skanning nomor telepon. Terlebih dahulu memperhatikan halaman pertama dari buku telepon tersebut yang sangat membantu dalam mencari nomor yang kita butuhkan. Selain itu, kita juga sering harus melakukan skanning terhadap acara televisi. Hal ini dilakukan agar tidak duduk bengong di depan televisi, sementara banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Kita harus dapat secara cepat menemukan acara televisi mana yang benar-benar ingin ditonton.
5. Tahap-tahap Membaca Tahap I Membaca bahan yang telah dipelajari, mengucapkannya dengan baik atau bahan yang mungkin telah diingat. Bahan-bahan tersebut mungkin berupa percakapan, nyanyian, serangkaian kalimat tindakan ataupun cerita sederhana mengenai hal-hal yang telah dialami. Dalam tahap ini, perlu ada bimbingan untuk mengembangkan atau meningkatkan responsi-responsi visual yang otomatis terhadap gambaran- Pembelajaran Membaca – KKG 14
• gambaran huruf yang akan dilihat pada gambaran cetakan. Selain itu harus benar-benar memahami bahwa kata-kata tertulis itu mewakili atau menggambarkan bunyi-bunyi.
Tahap II Menyusun kata-kata serta struktur- struktur dari bahasa asing yang telah diketahui menjadi bahan dialog atau paragraf yang beraneka ragam. Pada tahap ini perlu dibimbing dalam membaca bahan yang baru disusun.
Tahap III Membaca bahan yang berisi sejumlah kata dan struktur yang masih asing atau belum biasa. Beberapa percobaan informal telah menunjukkan bahwa pembaca mengalami sedikit kesulitan bahkan tidak mengalami kesulitan sama sekali menghadapi sebuah kata baru yang diselipkan di antara tiga puluh kata biasa. Pada tahap ini pembaca acapkali teks-teks tata bahasa berisi paragraf-paragraf atau pilihan-pilihan yang sesuai buat bacaan.
Tahap IV Pada tahap ini, beberapa spesialis dalam bidang membaca menganjurkan penggunaan teks-teks sastra yang telah disederhanakan atau majalah-majalah sebagai bahan bacaan.
Tahap V Pada tahap ini seluruh dunia buku terbuka, dalam pengertian bahan bacaan tidak dibatasi (Finocchiaro and Bonomo, 1973:123–125 dalam Tarigan, 1979:18–20).
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap proses pemahaman. Faktor- faktor tersebut adalah:
1) faktor kognitif,
2) faktor afektif, 3) faktor teks bacaan,
dan 4) faktor penguasaan bahasa. Faktor yang pertama berkaitan dengan pengetahuan, pengalaman, dan tingkat kecerdasan (kemampuan berpikir) seseorang. Faktor kedua berkaitan dengan kondisi emosional, sikap, dan situasi. Faktor ketiga berkaitan dengan tingkat kesukaran dan keterbacaan suatu bacaan yang dipengaruhi oleh pilihan kata, struktur, isi bacaan, dan penggunaan bahasanya. Selanjutnya faktor terakhir berkaitan dengan tingkat kemampuan berbahasa yang berkaitan dengan penguasaan perbendaharaan kata, struktur, dan unsur- unsur kewacanaan.
Pembelajaran Membaca – KKG 15
• B. KONSEP PEMBELAJARAN MEMBACA
1. Konsep Pembelajaran Membaca Setiap guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar bahwa membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, rumit, yang mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Dengan perkataan lain, keterampilan membaca mencakup tiga komponen, yaitu: (a) pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca; (b) korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal; (c) hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning (Broghton (et al) 1978:90 dalam Tarigan 1979:11). Ketetampilan A merupakan suatu kemampuan untuk mengenal bentuk-bentuk yang disesuaikan dengan mode yang berupa gambar, gambar di atas suatu lembaran, lengkungan-lengkungan, garis-garis, dan titik-titik dalam hubungan- hubungan berpola yang teratur rapi. Keterampilan B merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan tanda- tanda hitam di atas kertas – yaitu gambar-gambar berpola tersebut-dengan bahasa. Adalah tidak mungkin belajar membaca tanpa kemampuan belajar memperoleh serta memahami bahasa. Hubungan-hubungan itu jelas sekali terlihat terjadi antara unsur-unsur dari pola-pola tersebut di atas kertas dan unsur-unsur bahasa yang formal. Keterampilan ketiga atau C yang mencakup keseluruhan keterampilan membaca, pada hakikatnya merupakan keterampilan intelektual; ini merupakan kemampuan atau abilitas untuk menghubungkan tanda-tanda hitam di atas kertas melalui unsur-unsur bahasa yang formal, yaitu kata-kata sebagai bunyi, dengan makna yang dilambangkan oleh kata-kata tersebut (Broghton (et al) 1978:90 dalam Tarigan 1979:12). Pembelajaran membaca merupakan kemampuan pemahaman yang diajarkan secara seimbang dan terpadu. Seimbang dalam arti pembelajaran membaca disampaikan secara seimbang dengan keterampilan berbahasa lain. Dalam kegiatan pembelajaran membaca, KD membaca akan menjadi fokus pembelajaran, sedangkan aspek keterampilan berbahasa lain menyertai dalam kegiatan pembelajaran. Hal itulah yang dimaksud dengan adanya keseimbangan keempat aspek keterampilan berbahasa dalam kegiatan pembelajaran. Terpadu maksudnya bahwa dalam kegiatan pembelajaran membaca dapat dipadukan dengan keterampilan lainnya yaitu mendengarkan, berbicara, dan menulis. Sedangkan kemampuan yang disampaikan adalah kemampuan berbahasa dan bersastra. Oleh karena itu, wacana dalam pembelajaran membaca bisa berupa wacana sastra maupun nonsastra. Pembelajaran Membaca – KKG 16
• 2. Karakteristik Pembelajaran Membaca Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar di lakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Konsep pembelajaran menurut Corey (1986:195) dalam Sagala (2003:61) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Pembelajaran membaca mengandung arti karena setiap kegiatan membaca dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan membaca dan memperoleh nilai-nilai yang baru. Proses pembelajaran membaca pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa. Hal tersebut meliputi kemampuan dasar, motivasi, latar belakang akademis, latar belakang sosial ekonomi, dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran membaca merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran. Jadi, belajar dan pembelajaran membaca diarahkan untuk membangun kemampuan berfikir dan kemampuan menguasai materi pelajaran, dimana pengetahuan itu sumbernya dari luar diri, tetapi dikonstruksi dalam diri individu siswa. Pembelajaran membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan lebih kecil lainnya. Secara garis besar, terdapat dua karakteristik yang penting dalam pembelajaran membaca. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut. a. Keterampilan yang bersifat mekanis dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah. Hal ini mencakup: (a) pengenalan bentuk huruf; (b) pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain); (c) pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis); (d) kecepatan membaca ke taraf lambat. b. Keterampilan bersifat pemahaman yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi. Hal ini mencakup: (a) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal); (b) memahami signifikansi atau makna (a.l. maksud dan tujuan pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca); (c) evaluasi atau penilaian (isi, bentuk); (d) kecepatan membaca yang fleksibel, mudah disesuaikan dengan keadaan (Broghton (et al) 1978:211 dalam Tarigan 1978:12 – 13). 3. Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Membaca Untuk mencapai hasil yang memuaskan dalam penyajian pembelajaran membaca, guru sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut: (1) Pemeriksaan Pembelajaran Membaca – KKG 17
• awal. (2) Persiapan lingkungan. (3) Persiapan siswa. (4) Penyajian bahan pengajaran. Broghton (et.al) 1978:211 dalam Tarigan 1978:12 – 13 menyebutkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan bahan pembelajaran membaca. a. Sesuai dengan atau dapat menunujang tercapainya tujuan pembelajaran. b. Sesuai dengan tingkat pendidikan dan perkembangan siswa pada umumnya. c. Terorganisasi secara sistematik dan berkesinambungan. d. Mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual. Materi dan bahan pembelajaran membaca ditetapkan dengan mengacu pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Bahan pembelajaran yang diberikan bermakna bagi para siswa, dan merupakan bahan yang betul-betul penting, baik dilihat dari tujuan yang ingin dicapai maupun fungsinya untuk mempelajari bahan berikutnya. 4. Metode Pembelajaran Membaca Dalam kenyataan sehari-hari seorang siswa perlu menggunakan kemampuan membaca cepat untuk mengambil makna bahan bacaan secara efektif dan efisien. Menurut Broghton (et.al) 1978 dalam Tarigan (1978. 22) ada beberapa cara untuk meningkatkan kecepatan membaca yang dimiliki siswa hingga sampai pada taraf yang efektif. Beberapa metode yang pernah dikembangkan untuk meningkatkan hal ini adalah: a. metode kosakata, b. metode motivasi (minat),c. metode bantuan alat, dan d. metode gerak mata. Untuk lebih jelasnya metode-metode tersebut akan dibahas satu persatu. a. Metode kosakata adalah metode yang mengembangkan kecepatan membaca melalui pengembangan kosakata. Artinya, metode ini mengembangkan perhatian pada aspek perbendaharaan kata seorang pembaca. Bagaimana caranya? Kosakata seseorang itu terbatas jumlahnya, dan akan selalu berkembang terus sesuai dengan kemampuannya menambah kosakata itu setiap hari. Latihan meningkatkan dan menambah kosakata baru dengan dan dalam jumlah yang banyak inilah prinsip metode kosakata. Dasar pikiran metode ini sudah jelas, yaitu semakin besar dan semakin banyak perbendaharaan kata siswa, semakin tinggi kecepatan membacanya. Inilah yang diajarkan kepada siswa. b. Cara kerja metode motivasi (minat) ialah memotivasi para pemula (pembaca yang mengalami hambatan dalam kecepatan membacanya) dengan berbagai macam rangsangan bacaan yang menarik, sehingga tumbuh minat membacanya. Dari sini kemudian diharapkan muncul kebiasaan membaca tinggi, yang pada akhirnya meningkat pula kecepatan dan pemahamannya terhadap bacaan. Pikiran yang mendasari lahirnya metode ini adalah Pembelajaran Membaca – KKG 18
• semakin tertarik atau berminatnya seseorang pada jenis buku tertentu, semakin tinggi kecepatan dan pemahaman seseorang. c. Metode bantuan alat merupakan metode yang dapat membantu pembaca dalam membaca (melihat baris-baris bacaan), gerak matanya dipercepat dengan bantuan alat yang berupa ujung pensil, ujung jari, atau alat petunjuk khusus dari kayu. Semula dengan kecepatan rendah, kemudian dipercepat, dan semakin dipercepat. Jadi, kecepatan mata mengikuti kecepatan gerak alat. d. Metode gerak mata adalah metode yang paling banyak dipakai dan dikembangkan orang saat ini, baik untuk pembelajaran membaca permulaan, maupun bagi siapa saja yang ingin meningkatkan kecepatan membacanya. Cara melatihnya yaitu mengembangkan kecepatan membaca dengan meningkatkan kecepatan gerak mata, karena kecepatan membaca itu sendiri berarti kecepatan gerak mata dalam menyelusuri unit-unit bahasa. Pokok pikiran yang melandasi metode ini adalah semakin panjang dan semakin luas jangkauan mata (eye span) dalam melihat unit-unit bahasa, semakin cepat pula kemampuan membacanya. Logikanya, jika kita hanya membaca unit-unit bahasa yang paling kecil, maka yang harus dibaca itu jumlahnya semakin besar sehingga menghambat kecepatan membaca. Sebaliknya, jika yang dibaca itu hanya unit-unit bahasa yang lebih besar, misalnya frase, frase kompleks, klausa, atau bahkan hanya unit-unit pikiran saja, maka kecepatan membaca akan terlipat ganda. Dalam pelaksanaannya, membaca pemahaman ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, seperti: bottom up, top down, dan interactive approach. Pembelajaran membaca pemahaman dengan pendekatan bottom up (dari bawah ke atas) dimulai dari pemahaman terkecil sampai terbesar. Pemahamannya dapat dimulai dari kata, struktur kalimat, paragraf, sampai wacana. Pendekatan top down (dari atas ke bawah) dimulai dari pemahaman secara global (keseluruhan) hingga ke bagian-bagian terkecil. Pemahaman dapat dimulai dari garis besar wacana, paragraf, struktur kalimat, sampai kata. Pendekatan ini dilakukan dengan cara mengaktifkan skemata siswa. Terakhir, pendekatan integrative approach (perpaduan bottom up dan top down) dimaksudkan untuk mendapatkan hal-hal positif dan menghindari hal-hal yang negatif dari kedua pendekatan sebelumnya, sehingga sesuai dengan situasi dan kondisi. Berikut ini, dikemukakan sejumlah keterampilan membaca yang dituntut pada setiap kelas di sekolah dasar khususnya pada membaca dalam hati. Kelas I: a. Membaca tanpa bersuara, tanpa gerakan-gerakan bibir, dan tanpa berbisik b. Membaca tanpa gerakan-gerakan kepala. Pembelajaran Membaca – KKG 19
• Kelas II: a. Membaca tanpa gerakan-gerakan bibir atau kepala b. Membaca lebih cepat secara dalam hati daripada secara bersuara. Kelas III: a. Membaca dalam hati tanpa menunjuk-nunjuk dengan jari, tanpa gerakan bibir b. Memahami bahan bacaan yang dibaca secara diam atau secara dalam hati itu c. Lebih cepat membaca dalam hati daripada membaca bersuara. Kelas IV: a. Mengerti serta mamahami bahan bacaan pada tingkat dasar; b. Kecepatan mata dalam membaca tiga kata per detik. Kelas V: a. Membaca dalam hati jauh lebih cepat daripada membaca bersuara; b. Membaca dengan pemahaman yang baik; c. Membaca tanpa gerakan-gerakan bibir atau kepala atau menunjuk- nunjuk dengan jari tangan; d. Menikmati bahan bacaan yang dibaca dalam hati itu; senang membaca dalam hati. Kelas VI: a. Membaca tanpa gerakan-gerakan bibir; tanpa komat-kamit; b. Dapat menyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam bahan bacaan; c. Dapat membaca 180 patah kata dalam satu menit pada bacaan fiksi pada tingkat dasar. (Barbe and Abbott 1975:156-167 dalam Tarigan 1979:39). 5. Media Pembelajaran Membaca Media pembelajaran pada dasarnya merupakan alat bantu yang dapat mempermudah pembelajaran. Dalam pembelajaran membaca, media pembelajaran dapat berupa gambar (peta, tabel, grafik, bagan, dan lain sebagainya), film asing, teks bacaan sastra dan non sastra. Fungsi media tersebut adalah untuk memperjelas pemahaman siswa dalam memahami informasi yang dibaca. Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi media dalam pembelajaran membaca sangatlah penting. Dengan menggunakan media siswa akan tertarik dan mudah dalam memahami informasi. Berkaitan dengan penjelasan di atas, berikut dikemukakan beberapa prinsip yang dapat digunakan untuk memilih dan menentukan media pembelajaran Pembelajaran Membaca – KKG 20
• membaca. Menurut Sumadi (2001:35–36) mengatakan prinsip untuk menentukan media dalam bahasa adalah sebagai berikut. a. Fungsional, artinya cocok dengan tujuan pembelajaran yang dilakukan dan benar-benar menunjang ketercapaian tersebut. b. Tersedia, artinya media yang akan digunakan ada dan sudah disiapkan. c. Murah, artinya media yang digunakan tidak harus mahal tetapi terjangkau dan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. d. Menarik, artinya media yang digunakan adalah media menarik dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Setidaknya ada beberapa kriteria untuk menentukan media yang menarik bagi siswa yaitu: 1) sesuai dengan kebutuhan siswa, 2) sesuai dengan dunia siswa, 3) baru, dan 4) menantang. 6. Kriteria Penilaian Membaca Kegiatan pendidikan dan pembelajaran sebenarnya merupakan suatu proses, yaitu proses mencapai sejumlah tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan tersebut, diperlukan suatu alat atau kegiatan yang disebut penilaian. Untuk dapat memberikan penilaian secara tepat, misalnya tentang kemampuan siswa memahami wacana surat kabar, kita memerlukan data-data tentang kemampuan siswa dalam hal itu. Berikut ini beberapa kriteria penilaian membaca yang perlu diperhatikan. a. Kriteria kelayakan alat tes, yaitu kesesuaian alat tes dengan tujuan dan bahan pembelajaran. b. Kriteria kesahihan alat tes, meliputi: a) kesahihan isi, yaitu menunjuk pada pengertian apakah alat tes itu mempunyai kesejajaran (sesuai) dengan tujuan dan deskripsi bahan pelajaran yang diajarkan; b) kesahihan konstruk atau konsep, berkaitan dengan konstruk atau konsep bidang ilmu yang akan diuji kesahihan tesnya. Konstruk merupakan suatu asumsi, hipotesis yang berkenaan dengan suatu bidang ilmu. Kesahihan konstruk menunjuk pada pengertian apakah tes yang disusun itu telah sesuai dengan konsep ilmu yang diteskan itu; c) kesahihan ukuran (norma, standar, kriteria) menunjuk pada pengertian seberapa jauh siswa yang sudah diajar dalam bidang tertentu menunjukkan kemampuan yang lebih tinggi dari pada yang belum diajar; d) kesahihan sejalan, menunjuk pada pengertian apakah tingkat kemampuan seseorang pada suatu bidang yang diteskan mencerminkan atau sesuai dengan skor bidang yang lain yang mempunyai kesamaan karakteristik; e) kesahihan ramalan, menunjuk pada pengertian apakah sebuah alat tes mempunyai kemampuan untuk meramalkan prestasi yang akan dicapai kemudian. Pembelajaran Membaca – KKG 21
• c. Kriteria ketepercayaan alat tes menunjuk pada pengertian apakah suatu tes dapat mengukur secara konsisten sesuatu yang akan diukur dari waktu ke waktu (Tuckman, 1975:254 dalam Nurgiyantoro 1987:118). d. Kriteria kepraktisan, meliputi: a) keekonomisan, pertimbangan keekonomisan melihat tes dari segi mahal atau tidaknya pelaksanaan tes akan dilakukan; b) pelaksanaan, sebuah tes yang baik dalam hal ini dilihat dari segi praktisnya adalah tes yang mudah dilaksanakan atau diadministrasikan. Artinya, pelaksanaan tes itu tidak menuntut berbagai fasilitas yang rumit atau yang tidak dimiliki oleh sekolah; c) penskoran, pemilihan sebuah alat tes hendaknya juga mempertimbangkan kumudahan penskoran terhadap hasil pekerjaan siswa; d) penafsiran, kemudahan penafsiran terhadap hasil tes juga merupakan suatu hal yang perlu dipertimbangkan. Sebuah tes yang baik tentunya disertai dengan pedoman bagaimana menafsirkan hasil tes tersebut, apakah ia menuntut untuk ditafsirkan berdasarkan norma standar atau norma kelompok, di samping itu juga adanya pedoman untuk melakukan penghitungan-penghitungan. Pembelajaran Membaca – KKG 22
• BAB III RANCANGAN PEMBELAJARAN MEMBACA A. Pemetaan KD Pembelajaran Membaca Langkah-langkah pemetaan KD pembelajaran membaca adalah sebagai berikut. 1. Mendahulukan KD yang mudah dari masing-masing semester pada tingkat yang bersangkutan. 2. Melihat jumlah KD untuk masing-masing kemampuan (berbahasa dan bersastra) 3. Menghitung alokasi waktu untuk masing-masing KD berdasarkan perhitungan pekan efektif dalam tiap semester dan tingkat kesulitan masing- masing KD 4. Memetakan KD membaca yang bisa diintegrasikan dengan KD aspek keterampilan berbahasa yang lain (mendengarkan, berbicara, dan menulis) B. Penjabaran KD Menjadi Indikator Penjabaran KD ke dalam indikator harus sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan, dan lingkungan. Berikut ini langkah-lagkah penjabaran KD menjadi sebuah indikator. 1. Menganalisis tingkat kompetensi dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. 2. Menganalisis karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah. 3. Menganalisis kebutuhan dan potensi. 4. Merumuskan indikator. Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut. 1. Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi dua indikator. 2. Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam kata kerja yang digunakan dalam SK dan KD. Indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal KD dan dapat dikembangkan melebihi kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan kebutuhan peserta didik. 3. Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki kompetensi. Pembelajaran Membaca – KKG 23
• 4. Rumusan sebuah indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat kompetensi dan materi pembelajaran. 5. Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran sehingga menggunakan kata kerja operasional yang sesuai. 6. Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan/atau psikomotorik. Berikut ini contoh penjabaran KD membaca menjadi indikator. SD Kelas IV Semester 2: Kompetensi Dasar Indikator Menemukan kalimat 1. Menjawab pertanyaan isi bacaan. utama pada tiap 2. Menentukan kalimat utama tiap paragaf paragraf melalui dalam bacaan. membaca intensif. 3. Menyimpulkan isi bacaan. C. Penentuan Sumber Belajar dan Materi (Bahan Ajar) Sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Bentuknya tidak terbatas apakah dalam bentuk cetakan, video, format perangkat lunak atau kombinasi dari berbagai format yang dapat digunakan oleh siswa ataupun guru. Sadiman mendefinisikan sumber belajar sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk belajar, yakni dapat berupa orang, benda, pesan, bahan, teknik, dan latar (Sadiman, Arief S., Pendayagunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pembelajaran, makalah, 2004). Menurut Association for Educational Communications and Technology (AECT, 1977), sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran. Dengan demikian maka sumber belajar juga diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku. Dari pengertian tersebut maka sumber belajar dapat dikategorikan sebagai berikut. 1. Tempat atau lingkungan alam sekitar yaitu dimana saja seseorang dapat melakukan belajar atau proses perubahan tingkah laku maka tempat itu Pembelajaran Membaca – KKG 24
• dapat dikategorikan sebagai tempat belajar yang berarti sumber belajar, misalnya perpustakaan, pasar, museum, sungai, gunung, tempat pembuangan sampah, kolam ikan dan lain sebagainya. 2. Benda yaitu segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku bagi peserta didik, maka benda itu dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya situs, candi, benda peninggalan lainnya. 3. Orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu di mana peserta didik dapat belajar sesuatu, maka yang bersangkutan dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya guru, ahli geologi, polisi, dan ahli-ahli lainnya. 4. Bahan yaitu segala sesuatu yang berupa teks tertulis, cetak, rekaman elektronik, web, dll yang dapat digunakan untuk belajar. 5. Buku yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh peserta didik dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya buku pelajaran, buku teks, kamus, ensiklopedi, fiksi dan lain sebagainya. 6. Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya peristiwa kerusuhan, peristiwa bencana, dan peristiwa lainnya yang guru dapat menjadikan peristiwa atau fakta sebagai sumber belajar. Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Jika tidak maka tempat atau lingkungan alam sekitar, benda, orang, dan atau buku hanya sekedar tempat, benda, orang atau buku yang tidak ada artinya apa-apa. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Bahan ajar dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang akan disajikan. Bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Bahan ajar atau teaching-material, terdiri atas dua kata yaitu teaching atau mengajar dan material atau bahan. Dalam website Dikmenjur dikemukakan pengertian bahwa, bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau KD secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Pembelajaran Membaca – KKG 25
• Lebih lanjut disebutkan bahwa fungsi bahan ajar adalah sebagai berikut. 1. Pedoman bagi Guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa. 2. Pedoman bagi Siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya. 3. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran. Materi dan sumber belajar ditentukan dengan memperhatikan hal-hal berikut ini. 1. Materi dan sumber belajar harus menimbulkan minat baca siswa. 2. Materi ditulis dan dirancang untuk siswa, sehingga harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa. 3. Materi yang ditulis harus sesuai dan menjelaskan KD dan indikator. 4. Materi disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel. 5. Struktur isi materi dtulis berdasarkan kebutuhan siswa dan kompetensi akhir yang akan dicapai. 6. Isi materi harus memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih. 7. Materi harus mengakomodasi kesulitan siswa. 8. Di dalam penyusunan materi tersebut juga harus memberikan rangkuman. 9. Gaya penulisan materi harus komunikatif dan semi formal agar mudah dipahami oleh siswa. 10. Kepadatan isi materi harus berdasarkan kebutuhan siswa. 11. Materi tersebut dikemas untuk proses pembelajaran. 12. Isi materi tersebut mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari siswa. 13. Isi materi harus menjelaskan cara mempelajari bahan ajar. Berikut ini contoh penentuan materi KD membaca untuk SD. KD Kelas IV Semester 2: Kompetensi Dasar Penentuan Materi Sesuai KD Menemukan kalimat a. Wacana (terdiri dari beberapa paragraf). utama pada tiap b. Wacana tersebut dibaca dalam hati. paragraf melalui c. Kalimat utama tiap paragraf dalam wacana membaca intensif. tersebut. D. Penentuan Metode Pembelajaran Membaca Beberapa metode yang dapat dikembangkan untuk meningkakan kemampuan membaca adalah: metode kosakata, metode motivasi (minat), metode bantuan alat, dan metode gerak mata. Berikut ini contoh penentuan metode pembelajaran membaca di SD. Pembelajaran Membaca – KKG 26
• Contoh Penentuan Metode Pembelajaran di SD: SD Kelas IV Semester 1: KD: Menemukan makna dan informasi secara tepat dalam kamus/ensiklopedi melalui membaca memindai Bila diperhatikan, KD tersebut merupakan KD membaca cepat (ekstensif), yaitu membaca memindai (skanning). Dalam kegiatan membaca memindai, siswa diharapkan secara cepat menemukan makna dan informasi dengan tepat dalam suatu wacana yang dalam hal ini menggunakan kamus atau ensiklopedi. Oleh sebab itu, dalam kegiatan pembelajaran KD ini, guru dapat menggunakan metode gerak mata dan metode kosakata. Metode gerak mata digunakan agar siswa secara cepat dan tepat menemukan informasi yang dikehendaki. Sementara metode kosakata digunakan untuk meningkatkan dan menambah kosakata baru siswa, sehingga perbendaharaan kata siswa semakin bertambah. E. Penenentuan Media Pembelajaran Membaca Mengingat banyaknya media pembelajaran, maka guru perlu mengetahui jenis- jenis media sehingga bisa menentukan media yang tepat digunakan sesuai dengan materi. Jenis media menurut Sanjaya (2006:170), dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Adapun media yang sesuai dengan pembelajaran membaca hádala sebagai berikut. 1. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara.Jenis media yang tergolong ke dalam media visual adalah: film, slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya. Contoh: Membaca tabel, grafik, denah, bagan, dan lain-lain. 2. Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Contoh: Membaca cepat teks dalam film asing. 3. Media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri, buku bacaan sastra, majalah, surat kabar, dan lain sebagainya. Contoh: Membaca pemahaman wacana sastra dan membaca kritis wacana nonsastra. 4. Media berbasis lingkungan, yaitu media yang berada di lingkungan sekitar siswa, contohnya: lingkungan sekolah, perpustakaan, pasar tradisional, tempat wisata, dan lain sebagainya. Pembelajaran Membaca – KKG 27
• Contoh: Menggunakan berbagai barang bekas, misalnya bungkus mie, bungkus obat, daftar harga dari supermarket, dan lai-lain yang dimanfaatkan untuk kegiatan membaca dan menemukan informasi penting dari berbagai barang bekas tersebut. 5. Media berbasis TIK, digunakan dengan pertimbangan perkembangan dunia global yang begitu cepat menembus ruang dan waktu, menyebabkan siswa bisa belajar di mana saja dan kapan saja. Media pembelajaran berbasis TIK ini perlu dikembangkan oleh guru dalam rangka menciptakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan serta menantang siswa untuk menguasai TIK, sehingga keefektifan pembelajaran itu tercapai. Contoh: Membaca cepat untuk mengetahui KEM (Kecepatan Efektif Membaca) dengan memanfaatkan multimedia misalnya laboratorium komputer yang sudah dilengkapi perangkat lunak bahan kegiatan membaca cepat. F. Pengembangan Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Setiap jenis membaca, mempunyai langkah-langkah pembelajaran yang spesifik. Berikut ini langkah-langkah pengembangan langkah-langkah pembelajaran membaca. 1. Pahami isi KD tersebut. Berikut ini contoh KD membaca di SD SD kelas IV semester I: KD: Menemukan pikiran pokok teks agak panjang (150 – 200 kata) dengan cara membaca sekilas. Di dalam KD tersebut ada dua kata kunci, yaitu: a. menemukan pikiran pokok (melalui membaca sekilas) dan b. teks agak panjang (150 – 200 kata). Kata kunci pertama (a) merupakan tujuan akhir dan kata kunci kedua (b) merupakan materi yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut. 2. Kembangkan KD tersebut menjadi beberapa indikator (dua atau tiga indikator). Contoh: SD kelas IV semester I: Kompetensi Dasar Indikator Menemukan pikiran pokok teks agak a. Membaca teks (150 – 200 kata) panjang (150 – 200 kata) dengan cara dalam waktu sekilas. Pembelajaran Membaca – KKG 28
• membaca sekilas. b. Menentukan pikiran pokok tiap paragraf dalam teks. c. Menyimpulkan isi teks. 3. Tuliskan langkah-langkah kegiatan untuk mencapai masing-masing indikator tersebut. Setiap indikator minimal dua langkah kegiatan. Setiap langkah pembelajaran yang dikembangkan harus sesuai dengan KD, indikator, materi, dan metode yang dipilih. Berikut ini contoh penjabaran langkah-langkah kegiatan sesuai KD dan indikator. SD kelas IV semester I: Kompetensi Indikator Langkah Pembelajaran Dasar Menemukan 1. Membaca teks 1. Semua siswa diberi teks (150 pikiran pokok teks (150 – 200 – 200 kata) dalam keadaan agak panjang kata) dalam tertutup. (150 – 200 kata) waktu sekilas. 2. Dalam waktu bersamaan dengan cara 2. Menentukan siswa mulai membaca teks. membaca sekilas. pikiran pokok 3. Siswa membaca teks dalam tiap paragraf waktu tertentu. dalam teks. 4. Siswa menuliskan waktu 3. Menyimpulkan selesainya mebaca teks isi teks. tersebut. 5. Siswa menutup kembali teks. 6. Siswa menentukan pikiran pokok tiap paragraf. 7. Siswa menyampaikan pikiran pokok tersebut. 8. Siswa lain menangapi. 9. Siswa menyimpulkan isi teks. 10. Siswa mempresentasikan simpulan ke depan kelas. 11. Siswa lain menanggapi. G. Penentuan Penilaian Pembelajaran Membaca Dalam menentukan penilaian pembelajaran membaca, yang pertama harus diperhatikan oleh guru adalah memahami kompetensi dasar membaca yang harus dikuasai siswa. Selanjutnya, KD tersebut harus dijabarkan menjadi beberapa indikator. Berdasarkan indikator tersebutlah, guru menentukan penilaian yang tepat, baik jenis maupun bentuk penilaiannya. Berikut ini contoh penilaian membaca sesuai KD yang terdapat dalam standar isi di SD. Pembelajaran Membaca – KKG 29
• SD kelas IV semester I: Kompetensi Indikator Penilaian Dasar Menemukan 1. Membaca teks 1. Tes Kinerja pikiran pokok teks (150 – 200 kata) (Mengukur kecepatan agak panjang dalam waktu efektif membaca tiap (150 – 200 kata) sekilas. siswa). dengan cara 2. Menentukan 2. Tes Tulis membaca sekilas. pikiran pokok a. Menentukan pikiran salah satu pkok salah satu paragraf dalam paragaf. teks. b. Menyimpulkan isi teks. 3. Menyimpulkan isi teks. H. Tindak Lanjut Pembelajaran Membaca Kegiatan tindak lanjut setelah kegiatan pembelajaran merupakan upaya guru untuk memperbaiki dan/atau meningkatkan pembelajaran. Dalam setiap kegiatan pembelajaran, diharapkan siswa dapat mencapai kompetensi dasar yang ada. Karena itu, sebelum kegiatan pembelajaran, guru sudah menentukan kriteria ketuntasan minimal setiap kompetensi dasar membaca. Setelah kegiatan pembelajaran membaca, siswa yang tuntas mencapai KKM yang diharapkan diberikan program pengayaan, sedangkan siswa yang tidak mencapai KKM yang diharapkan berarti tidak tuntas pada KD tersebut dan kepada siswa tersebut diberikan perbaikan. Untuk memudahkan guru membuat rancangan tindak lanjut kegiatan pembelajaran membaca, berikut ini contoh tabel yang dapat dipergunakan oleh guru. No. KD KKM Tuntas Tidak Pengayaan Perbaikan Tuntas 1 2 3 4 5 6 7 Keterangan: 1. Tuliskan nomor urut KD membaca. 2. Tuliskan semua KD membaca dalam semester yang bersangkutan. 3. Tuliskan KKM masing-masing KD membaca tersebut. 4. Berikan tanda cek (√) bila setelah kegiatan pembelajaran KD membaca tersebut tuntas (minimal sesuai dengan KKM). 5. Berikan tanda cek (√) bila setelah kegiatan pembelajaran KD membaca tersebut tidak tuntas (tidak mencapai KKM). 6. Tuliskan rencana pengayaan bila KD membaca tersebut tuntas (minimal sesuai dengan KKM). 7. Tuliskan rencana perbaikan bila KD membaca tersebut tidak tuntas (tidak mencapai KKM). Pembelajaran Membaca – KKG 30
• BAB IV RANGKUMAN A. Konsep Membaca Membaca merupakan proses berpikir atau bernalar (proses aktif dan bertujuan) yang dilakukan melalui proses mempersepsi dan memahami informasi serta memberikan makna terhadap bacaan yang dilakukan oleh pembaca. Proses tersebut dilakukan dengan strategi tertentu melalui kegiatan visual untuk mencocokkan huruf atau melafalkan lambang bahasa tulis untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis. Dalam membaca, pembaca mengolah informasi secara kritis, kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh. Pada akhirnya pembaca dapat memberikan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan tersebut. Jenis membaca ada dua yaitu: (1) membaca nyaring, dan (2) membac dalam hati. Membaca dalam hati ada dua jenis yaitu: (1) membaca ekstensif, dan (2) membaca intensif. Teknik membaca ada lima langkah yaitu: (1) survey, (2) question, (3) read, (4) recite (recall), dan (5) review. Faktor-faktor yang mempengaruhi membaca ada empat yaitu faktor: (1) kognitif, (2) afektif, (3) teks bacaan, dan (4) penguasaan bahasa. B. Konsep Pembelajaran Membaca Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Karena itu, empat keterampilan berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis) harus disampaikan secara seimbang dan terpadu. Yang dimaksud seimbang adalah dalam setiap kegiatan pembelajaran, keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut muncul, minimal tiga aspek. Salah satu aspek menjadi fokus kegiatan pembelajaran (sesuai KD yang saat itu akan diajarkan), sementara aspek yang lain mengikutinya. Maksud dari terpadu adalah aspek keterampilan berbahasa tersebut diajarkan secara terpadu dengan komponen kesastraan dan kebahasaan. Dalam pelaksanaan pembelajaran membaca, terlebih dulu guru harus melakukan pemilihan bahan, metode, media, dan penilaian yang sesuai dengan KD membaca yang akan disampaikan. Melalui pemilihan yang tepat, guru dapat merancang suatu kegiatan pembelajaran membaca dengan baik. Pada akhirnya, guru dapat menyajikan kegiatan pembelajaran membaca secara lancar, menyenangkan, dan bermakna. Pembelajaran Membaca – KKG 31
• C. Rancangan Pembelajaran Membaca Dalam merancang pembelajaran membaca, guru melakukan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Memetakan KD membaca dengan cara mengurutkan KD mudah lebih dahulu baru KD sulit. 2. Menghitung alokasi waktu per-KD berdasarkan perhitungan pekan efektif satu semester atau satu tahun. 3. Menjabarkan KD membaca menjadi beberapa indikator. 4. Menentukan materi pembelajaran yang sesuai dengan KD. 5. Menentukan metode yang akan diterapkan dalam pembelajaran KD tersebut. 6. Menjabarkan langkah-langkah pembelajaran sesuai KD dan metode yang telah dipilih. 7. Menentukan penilaian sesuai dengan KD dan indikator yang dipilih. Berdasarkan langkah-langkah tersebut, guru selanjutnya dapat menuangkannya dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Contoh RPP KD membaca dapat dilihat pada lampiran. Pembelajaran Membaca – KKG 32
• BAB V PENILAIAN A. Konsep Membaca Untuk mengetahui pemahaman Anda tentang konsep membaca, silakan jawab pertanyaan berikut ini. 1. Jelaskan pengertian membaca (menurut salah satu pakar)! 2. Uraikanlah tujuan membaca! 3. Sebutkanlah jenis-jenis membaca (menurut salah satu pakar)! 4. Uraikanlah teknik membaca (menurut salah satu pakar)! 5. Jelaskanlah tahap-tahap dalam kegiatan membaca! 6. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi membaca! B. Konsep Pembelajaran Membaca Selanjutnya untuk mengetahui kemampuan Anda tentang pembelajaran membaca, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini! 1. Uraikanlah konsep pembelajaran membaca! 2. Jelaskanlah karakteristik pembelajaran membaca! 3. Bagaimanakah kriteria pemilihan bahan pada pembelajaran membaca? 4. Jelaskanlah salah satu metode yang dipakai pada pembelajaran! membaca. 5. Media apa sajakah yang dapat dipakai pada pembelajaran membaca? 6. Bagaimanakah kriteria penilaian pada pembelajaran membaca? C. Rancangan Pembelajaran Membaca Bacalah kompetensi dasar membaca pada salah satu kelas dalam standar isi. Kemudian berdasarkan standar isi tersebut, kerjakan tugas-tugas berikut ini! Buatlah pemetaan kompetensi dasar pembelajaran membaca! 1. Jabarkan salah satu kompetensi dasar ke dalam indikator sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan, dan lingkungan! 2. Tentukan materi dan sumber belajar sesuai KD dan indikator tersebut! Pembelajaran Membaca – KKG 33
• 3. Tentukan metode yang relevan dengan pembelajaran membaca dari salah satu KD yang telah dijabarkan menjadi indikator tersebut! 4. Tentukan media yang relevan dengan pembelajaran membaca dari KD tersebut! 5. Buatlah pengembangan langkah-langkah pembelajaran membaca sesuai dengan pengembangan indikator! 6. Tentukan penilaian yang dipakai pada pembelajaran membaca sesuai dengan indikator yang telah dikembangkan! 7. Buatlah rancangan tindak lanjut pembelajaran membaca berdasarkan KD tersebut! (Berdasarkan tugas nomor 2 sampai dengan 7, Anda akan dapat menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran/RPP yang baik). Pembelajaran Membaca – KKG 34











• DAFTAR PUSTAKA
Kamidjan. 1996. Teori Membaca. Surabaya: JPBSI FPBS IKIP Surabaya. Nurgiyantoro,
Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru dan YA3 Malang.
Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta.
Soedarso. 2001. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Syafi’ie, Imam. 1994. Pengajaran Membaca Terpadu. Bahan Kursus Pendalaman Materi Guru Inti PKG Bahasa dan Sastra Indonesia. Malang: IKIP.
Syafi’ie, Imam. 1999. Pengajaran Membaca di Kelas-kelas Awal Sekolah Dasar. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pengajaran Bahasa Indonesia pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Dsampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas Negeri Malang pada Tanggal 7 Desember 1999. Malang: Universitas Negeri Malang.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Zuchdi, Darmiyati. 2007. Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca: Peningkatan Komprehensi. Yogyakarta: UNY Press. Pembelajaran Membaca – KKG 35

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

My link

Thanks