Kamis, 24 Mei 2012

Awas Demam Riya..!!!


Riya’ merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya, bahkan lebih berbahaya dari demam berdarah atau aids sekalipun. Sulit membedakan ibadah jaman sekarang yang tidak bercampur riak

Suatu ketika, di yaumil akhir, berlangsung pengadilan terhadap tiga orang laki-laki. Yang pertama kali diadili adalah orang yang gugur sebagai syahid. Ia kemudian dipanggil oleh Allah. Kepadanya kemudian diperlihatkan amal perbuatannya. Ia pun mengakui perbuatannya ketika berperang membela agama hingga akhirnya gugur sebagai syahid.

Kemudian Allah bertanya: “Apa yang telah kamu lakukan untuk mendapatkannya (mati syahid).”

“Aku berperang demi (mendapat) ridha-Mu hingga aku gugur di medan jihad,” jawab lelaki itu.

“Kamu berdusta,” sergah Allah.

“Kamu berperang agar dikatakan pemberani dan sungguh kamu telah mendapatkannya,” sambung Allah lagi.

Kemudian Allah memerintahkan agar orang tersebut diseret dan dilemparkan ke dalam neraka.

Selanjutnya Allah memanggil orang yang kedua, yakni seorang lelaki yang tekun menuntut ilmu dan mengajarkannya. Ia juga rajin membaca al-Qur’an. Seperti yang pertama, ia pun diperlihatkan amal perbuatannya. Setelah ia mengenalinya, Allah bertanya: “Apa yang telah kamu perbuat dengannya (menuntut ilmu)?”

“Saya menuntut ilmu, mengajarkannya kepada yang lain dan membaca al-Qur’an demi Engkau, ya Allah,” jawab lelaki itu.

“Kamu berdusta!” kata Allah berfirman.

“Kamu menuntut ilmu agar dibilang orang pandai dan kamu membaca al-Qur’an agar dikatakan sebagai qori yang bagus (bacaannya), dan sungguh kamu telah memperolehnya,” ungkap Allah.

Kemudian Allah memerintahkan agar orang tersebut diseret dan dilemparkan ke neraka.

Berikutnya Allah mengadili orang yang ketiga yakni seorang lelaki yang dilapangkan dan dikaruniai Allah kekayaan yang melimpah. Kepadanya diperlihatkan amal perbuatannya. Iapun mengenalinya. Lalu Allah bertanya: “Apa yang kamu perbuat terhadap harta bendamu?”

Lelaki itu menjawab: “Saya tak pernah melewatkan kesempatan menafkahkan harta benda di jalan-Mu dan itu saya perbuat demi Engkau, wahai Tuhanku”. Allah berfirman: “Kamu berdusta! Kamu tidak melakukan itu semua kecuali dengan pamrih agar kamu dibilang sebagai dermawan. Dan kamu telah mendapatkan semua yang kamu inginkan."

Selanjutnya Allah memerintahkan agar orang tersebut diseret dan dilemparkan ke neraka.

Niat yang Menentukan

Amal baik belum tentu bernilai baik sebelum diketahui niatnya. Bisa saja manusia memberi gelar pahlawan kepada seseorang yang memiliki keberanian dan tanggung jawab yang besar dalam membela agama dan negaranya, akan tetapi Allah yang Maha Mengetahui yang nampak dan yang tersembunyi. Maka Allah jualah yang akan memberikan penilain-Nya tersendiri. Allah tidak menilai seseorang dari yang zhahirnya saja, tapi juga dari yang tersembunyi yaitu niat atau motivasinya.

Bisa jadi seseorang dihormati karena kedalaman ilmu dan keluasan wawasannya. Tapi di sisi Allah, seorang ulama baru dianggap bernilai bila ia ikhlas dalam mencari ilmu dan tulus ketika mengajarkan dan menyebarluaskannya. Ketika ada motivasi lain, sekecil apapun, pasti terdeteksi oleh ke-Mahatahuan-Nya. Allah berfirman:

Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dan jika kamu menampakkan apa yang ada dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatan itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah: 284)

Demikian pula halnya dengan orang kaya yang dermawan, belum tentu kedermawanannya berkenan di hadapan Allah. Boleh jadi kemurahannya dalam memberi digerakkan oleh niat-niat tertentu yang dapat merusak pahala sadaqahnya. Orang-orang yang menerima sumbangannya tidak mengetahui niat orang tersebut, tapi Allah saw selalui memonitor gerak hati seseorang. Dia menilai tidak sekadar dari lahirnya, tapi lebih penting lagi adalah niatnya. Itulah sebabnya, niat dalam ajaran Islam menempati posisi sentral dan sangat menentukan. Rasulullah saw bersabda:

Sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung kepada niat, dan sesungguhnya tiap tiap orang memperoleh sesuatu sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang berhijrah di jalan Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu ialah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa hijrah karena ingin memperoleh keduniaan atau untuk mengawini seorang wanita, maka hijrahnya adalah kea rah yang ditujunya tersebut. (HR. Bukhari dan Muslim)

Sabda Rasulullah di atas dilatarbelakangi oleh pengaduan seseorang yang menyampaikan bahwa di antara orang-orang yang hijrah ke Madinah menyusul hijrahnya Rasulullah saw ada seseorang yang berhijrah karena ingin mengawini seorang wanita yang bernama Ummu Qais. Pada mulanya lelaki itu ingin tetap tinggal di Makkah, akan tetapi karena Ummu Qais yang hendak dinikahinya mengajukan syarat bahwa ia mau dinikahi jika lelaki itu hijrah ke Madinah, maka akhirnya sang lelaki itu terpaksa turut hijrah demi kekasihnya.

Dalam kehidupan sehari-hari ada contoh yang sederhana. Di siang hari yang panas, seorang lelaki masuk ke mesjid. Secara lahiriyah perbuatan itu sangat terpuji. Akan tetapi siapa tahu niat yang tersembunyi dalam hatinya. Bisa jadi ia masuk ke mesjid dengan niat untuk istirahat. Jika niatnya seperti itu, maka ia akan memperoleh yang diniatkannya. Ia terhindar dari sengatan matahari dan terlepas dari rasa penat. Lain halnya jika ia meniatkan untuk i’tikaf. Boleh jadi ia mendapatkan kedua-duanya, yaitu pahala sekaligus istirahat yang cukup.

Dalam kenyataannya, banyak sekali perbuatan manusia yang motivasinya campur aduk antara ikhlas dan riya’. Misalnya, orang yang menunaikan ibadah haji seringkali niatnya tidak semata-mata untuk ibadah, tapi jauh sebelum keberangkatannya mereka sudah membuat rencana untuk membeli perhiasan, makanan, pakaian dan oleh-oleh lainnya untuk disebarkan kepada kerabatnya di tanah air.

Demikian pula halnya dengan orang yang menuntut ilmu, banyak yang niatnya tidak untuk memperoleh ridha Allah, tapi agar kelak dihormati dan disanjung masyarakat sebagai orang yang berilmu. Atau agar kelak mendapat pekerjaan yang baik, pangkat dan jabatan mentereng serta berkuasa di tengah masyarakatnya.

Seseorang yang shalat malam (tahajjud) mungkin saja niatnya murni, semata-mata ingin bertaqarrub dengan Allah swt. Akan tetapi ada pula seseorang yang menjalankan shalat malam karena niat 'daripada tidak bisa tidur' atau karena dia sedang berjaga, daripada bengong.

Secara syar’i, ibadahnya orang yang disebutkan di atas tetap sah dan tidak batal, akan tetapi kurang afdol. Ibadahnya sah, tapi kurang sempurna karena beribadah kepada Allah menuntut adanya kemurnian niat (ikhlas) semata-mata karena Allah. Al-Qur’an menandaskan:

“Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu kitab (Al-Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): ‘Kami tidak menyembah mereka kecuali supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya.’ Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (QS. Az-Zumar: 2-3)

Riya’ merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya, bahkan lebih berbahaya dari demam berdarah atau aids sekalipun. Itulah sebabnya Rasulullah saw sangat khawatir dengan penyakit ini. Beliau takut ummatnya terjerumus pada penyakit yang beliau sebut sebagai syirik yang tersamar itu. Beliau bersabda:

"Sesungguhnya yang saya takuti menimpa atas kamu ialah syirik kecil (syirkul ashghar). Para sahabat bertanya, 'apakah yang dimaksud dengan syirik kecil itu, ya Rasulallah?' Nabi menjawab: 'Riya’, (yakni) ketika manusia datang untuk meminta balasan atas amal perbuatan yang mereka lakukan. Maka Tuhan berkata kepada mereka : 'Pergilah kamu menemui orang-orang yang karena mereka kamu beramal (riya') di dunia niscaya kamu akan sadar apakah kamu memperoleh balasan kebaikan dari mereka?”.

(Hamim Thohari/ Hidayatullah), (diambil dari rubrik “Hikmah” Majalah Hidayatullah, edisi April 2004)

Minggu, 20 Mei 2012

Selamat Hut Kota Curup yang ke 132 Tahun 2012


Curup adalah Ibukota Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, Indonesia. Curup merupakan kota terbesar ke-2 di Bengkulu. Curup merupakan daerah penghasil beras, kopi dan sayur-sayuran utama di provinsi Bengkulu, yang hasilnya dikirim hingga ke Palembang, Jambi, Padang, Lampung, dan Jakarta. Beberapa tempat wisatanya yang terkenal adalah Suban Air Panas, pematang danau, Gunung Kaba, Air Terjun di Kepala Curup, dan situs-situs prasejarah. Daerah ini juga dikenal sebagai salah satu tempat tumbuhnya Rafflesia arnoldi. Pasar yg agak modern adalah Pasar Bang Mego. Sebelum di bangun Pasar Bang Mego, pada tahun 1970-an dikenal dengan sebutan Pasar Bawah, untuk membedakan dengan pasar yang lain yaitu Pasar Atas, yang terletak dekat Terminal angkutan serta Pasar Tengah yang telah ada sejak sebelum Indonesia merdeka. Curup merupakan sebuah kota di daerah pegunungan bukit barisan dan dikelilingi oleh Bukit Kaba dan Bukit Daun. Penduduk aslinya adalah suku Rejang, namun banyak juga masyarakat dari suku lain seperti Jawa, Lembak, Minang, dan Serawai. Kota ini pernah menjadi ibukota Propinsi Sumatera selatan pada masa revolusi dibawah kepemimpinan Gubernur A.K. Gani. Curup adalah kota kecil berudara dingin, segar dan sejuk yang terhampar di lembah dataran tinggi Sumatera. Adanya asimilasi kebudayaan daerah dengan orang pendatang, kini menjadikan kota Curup sebagai kota heterogen dari berbagai etnis di Indonesia.(http://id.wikipedia.org/wiki/Curup,_Rejang_Lebong) Begitu banyak harapan dari masyarakat Rejang Lebong, seiring semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan terknologi, semakin modern nya masa kini. banyak harapan masyarakat kepada pemerintah Kabupaten Rejang Lebong pada khususnya untuk dapat terus memajukan Kota ini,,, untuk dapat memperhatikan kebutuhan rakyat kecil, pedagang, petani, pelajar, mahasiswa, pengusaha, dan lain sebagainya. masyarakat berharap agar sektor pertaniandapat diperhatikan terutama dalam pemasaran hasil pertanian dari Rejang lebong, dan juga kebutuhan Pupuk organik agar lebih memihak kepada masyarakat. seiring bertambahnya usia Kota curup Masyarakat juga berharap agar bidang Pendidikan di Rejang lebong bisa lebih maju,,, bisa bersaing dengan pendidikan di kota-kota lainnya. begitu banyak siswa-siswi dan pemuda-pemudi berprestasi dari Rejang Lebong, baik dibidang pendidikan maupun olahraga namun luput dari perhatian pemerintah,,, sudih kiranya pemerintah dapat lebih mengutamakan para putra daerah kota ini... Curup kota IDAMAN, (Indah dan Aman) semoga ini tidak hanya menjadi selogan semata, harapan masyarakat pemerintah dapat menjamin keindahan dan kenyamanan di kota ini,, baik dari segi keamanan daerah dari kelompok2 orang yang mencari keuntungan pribadi (Korupsi/Perampokan). Juga keindahan Kota, Pemeliharan tempat-tempat Wisata, dan keindahan tata Kota.. semoga Di usia Ke 132 kota Curup akan menjadi semakin maju,,, dapat bersaing dengan daerah lain,,, dapat Lebih berprestasi di segala bidang. dapat menjadi kota pariwisata, sebagai tujuan para wisatawan Lokal dan wisatawan asing. InsyaAllah. "HILANG DILAMAN, MATI DITENGAH UMEAK" Kesusahan di negeri sendiri, karena sikap yang bodoh tidak mampu mengelola potensi yang ada. semoga kedepannya Masyarakat kota curup dapat lebih makmur,,, dapat lebih maju. harapan masyarakat agar di kabupaten rejang lebong ini dapat kembali tercipta lapangan pekerjaan untuk masyarakat rejang lebong. Selamat Hut Kota Curup yang ke 132 Tahun 2012 Semoga menjadi Kita semua senantiasa di Rahmati Allah SWT. aamiin ya robb al-aalaamiin.....

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

My link

Thanks