Sabtu, 10 Desember 2011

Makalah Filsafat Pendidikan

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

A. Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah dan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Perkembangan awal kemunculan filsafat pendidikan islam meliputi masa kehidupan nabi Muhammad SAW dan masa pemerintahan Khulafah Al-Rasyidin. Periode awal perkembangan islam ini dibedakan dari periode berikutnya dengan pertimbangan bahwa selama masa kekuasaan nabi dan para penggantinya (Khulafah Al-Rasyidin), kekuasaan islam masih berpusat di wilayah Arab.
Pemikiran mengenai filsafat pendidikan pada periode awal ini merupakan perwujudan dari kandungan ayat-ayat Al Quran dan hadist yang keseluruhannya membentuk kerangka umun ideologi islam. Dengan demikian pemikiran mengenai pendidikan yang kita lihat dalam Al Quran dan Hadist mendapatkan nilai ilmiahnya. Dalam sejarah islam, pada masa nabi filsafat pendidikan islam sudah barang tentu tidak sempurna dan sistematis bahkan secanggih sekarang ini., karena pada masa itu masih bersifat sembunyi-sembunyi yang dilakukan di Dar-al-Arqam.
Di kota Mekkah menurut Mahmud Yunus pendidikan islam berorientasi kepada beberapa hal yaitu:
1. Pendidikan keagamaan
2. Pendidikan akliyah dan ilmiah
3. Pendidikan akhlak dan budi pekerti
4. Pendidikan jasmani
Disamping it diajarkan juga tentang Al Qur’an. Karena Al Qur’an merupakan intisari dari sumber pokok dari ajaran islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.
Pemikiran filsafat tentang pendidikan pada masa Rasulullah SAW ini terfokus pada upaya mengklasifikasi nilai-nilai akhlak mulia dalam kehidupan dengan menjadikan perikehidupan Rasulullah sebagai contoh. Filsafat pendidikan Al Qur’an itu sendiri menurut Muhammad Fadhil Al-Jamaly yang dikutip Hasan Langgulung meliputi lima masalah utama yaitu :
1. Tujuan pendidikan dalam Al Qur’an
2. Pandangan Al Quran terhadap manusia
3. Pandangan Al Qur’an terhadap masyarakat
4. Pandangan Al Qur’an terhadap alam
5. Pandangan Al Qur’an terhadap Khalik
Di Kota Madinah Rasulullah tetap menjalankan aktifitas pendidikan yang dilakukan di masjid. Masjid dapat dikatakan sebagai madrasah yang berukuran besar yang pada permulaan sejarah islam dan masa-masa selanjutnya adalah merupakan tempat menghimpun kekuatan islam baik dari segi fisik maupun mental.
Ketika rasulullah wafat aktivitas pendidikan tetap berjalandan dilakukan oleh Khulafa al Rasyidin. Pada masa ini pendidikan berjalan dengan baik bahkan tumbuh denan pesat sebab pada masa ini kekuasaan islam telah merambah keberbagai wilayah antara lain Iraq, Syiria, Palestina, Mesir dan Persia. Pada masa Khulafa al-Rasyidin aktivitas pendidikan disamping bertumpu perhatian yang serius pada pembelajaran, pengajian dan penelaah Al Qur’an dan Hadits.


B. Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam pada Masa Bani Abbasiyah
1. Sejarah Lahirnya Dinasti Bani Abbasiyah
Pada periode pertama, pemerintah bani abbas mencapai keemasannya. Secara politis, para Khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agam sekaligus. Disisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun, stelah periode iniberakhir pemerintah bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam
Pada masa bani Abbasiyah, kebudayaan dan peradaban sudah lebih maju bila dibandingkan dengan bani Umaiyah. Pendidikan baik ilmu naqli (agama) seperti munculnya ilmu tauhid, hadis,dan ilmu-ilmu agama lainnya. Demikian pula pengetahuan umum (ilmu naqli) berkembang pula dengan pesatnya seperti filsafat yunani telah diterima oleh umat.
Pada permulan bani Abbasiyah ilmu pengetahuan dan pendidikan berkembang dengan sangat pesat, sehingga terlahir sekolah-sekolah yang tidak terhitung banyaknya. Tersebar dari kota sampai ke desa-desa. Anak-anak dan pemuda-pemuda berlomba-lomba menuntut ilmu pengetahuan, melawat kepusat pendidikan, meniggalkan kampung halamanya karena cinta akan ilmu pengetahuan.
Pada masa nabi Muhammad, masa Khulafaurrasyidin, dan bani Umaiyah tujuan pendidikan hanya satu saja, keagamaan semata. Mengjar dan belajar krena Allah dan mengharapkan keridhoanya. Sedangkan pada masa bani Abbasiyah itu telah bermacam-macam karena pengaruh masyarakat pada masa itu. Tujuan itu dapat disimpulkan sebagai berikut;
1. Tujuan Keagamaan dan Akhlak
2. Tujuan Kemasyarkatan
3. Tujuan Pendidikan
4. Tujuan Kebendaan
Pada masa itu, sedikit banyak hampir sama dengan pendidikan bani Umaiyah dan masa sebelumnya. Pada masa Abbasiyah pendidikan sudah mulai berkembang yang mana sekolah-sekolah terdiri dari bebrapa tingkatan yang sudah sejakawal kebangkitan Islam, yaitu;
a. Tingkat sekolah rendah, namanya kuttab, lembaga pendidikan terendah untuk tempat belajar anak-anak mengenai dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan. Selai kuttab ada juga anak-anak yang belajar di rumah, istana, toko dan dipinggir-pinggir pasar.
b. Tingkat sekolah menengah, yaitu dimasjid dan dimajlis sastra dan ilmu pengetahuan sebagi sambungan pelajaran di kuttab. Selain itu biasanya pula pelajaran yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar daerah untuk menuntut ilmu kepad seseorang atau kepada seorang ahli dalam bidangnya masing-masing. Pengjarannya berlansung dimasjida atau durumah ulama yang bersangkutan.
3. Tingkat Sekolah Tinggi /perguruan Tinggi.
Lembaga Ini berkembang Pada Masa Bani Abbasiyah. Dengan berdirinya perpustakaan dan akademi baitul Hikmah di bagdad. Perputakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas karena disamping terdapat-kitab-kitab disan juga orng dapat mebaca, menulis dan berdiskusi.Rencana pembelajaran dari tingkah itu terdiri dari dua jurusan yaitu jurusan ilmu-ilmu agama dan bahsa Arab (ilmu naqliyah) dan jurusan ilmu-ilmu hikmah (filsafat atu ilmu aqliyah).
4. Sistem dan Metodologi Pengajaran
Sistem metodologi pengajaran pada masa ini yaitu seorang demi seorang, dan belum berkelas seperti sekarang ini, jadi gur harus belajar-mengajar murid-murid itu dengan bergantian yang mana cara ini dilaksankan pada tingkat rendah dan tingkat menengah.
Sedangkan pada tingkat tinggi, dengan berkelompok dan berhalaqah. Guru duduk diatas tikar dan di depannya duduk pelajar dengan berhalqah (berkeliling). Apabila gur menghafal pelajaran/ dituliskannya sebagai diktat, maka dibacakannya pelajaran itu secara perlahan-lahan, para pelajar menuliskan apa yang dibaca oleh gurunya, seperti pelajaran imla (dekte) masa sekarang, selesai itu guru menerangka hal-hal yang sulit dari pelajaran itu.
Keterangan itu dituliskan pelajar dipinggir kertas pada akhir pelajaran Guru mengukang membawa pelajaran itu atau disuruhnya seorang pelajar membacanya untuk membenarkan apabila terdapar kesalahan. Apabila telah tamat ilmu yang diajarkan, lalu guru menandatangani beberapa naskah yang ditulis oleh pelajar. Kadang-kadang guru memberikan ijazah kepada pelajar itu bahwa ia berhak mengajar dan meriwyatkan kepada pelajar-pelajar yang lain. Dalam sitem halqah pelajar diperbolehkan bertanyatentang hal-hal yang sulit dan pelajar diperbolehkan halqoh apabila pengajaran tidak meuaskan baginya.
C. Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam pada Masa Bani Umayyah
1. Lembaga dan pusat pendidikan Islam
Pada zaman ini masjid menjadi semcam lembaga sebagai pusat kehidupan dan kegiatan ilmu terutama ilmu-ilmu agama. Seorang ustadz duduk dalam masjid dan murid duduk di sekelilingnya mendengarkan pelajarannya. Kadang dalam satu masjid terdapat beberapa halaqoh dengan ustadz dan pelajaran berbeda-beda. Kadang pula ustadz menggunakan rumahnya untuk mengajar. Pada zaman ini belum ada sekolah atau gedung khusus sebagai tempat belajar. Beberapa ustadz pada masa ini adalah Abdullah bin Abbas, Hasan Basri, Ja'far As-Shidiq dan lain-lain.
Sedangkan kota-kota yang menjadi pusat kegiatan pendidikan ini masih seperti pada zaman Khulafaur rosyidin yaitu, Damaskus, Kufah, Basrah, Mesir dan ditambah lagi dengan pusat-pusat baru seperti Kordoba, Granada, Kairawan dan lain-lain.
2. Materi bidang ilmu pengetahuan.
Materi/ilmu-ilmu agama yang berkembang pada zaman ini dapat dimasukan dalam kelompok Al-Ulumul Islamiyah yaitu ilmu-ilmu Al-Qur'an, Al-Hadits, Al-Fiqih, At-Tarikh, Al-Ulumul Lisaniyah dan Al-Jughrofi. Sedangkan Al-Ulumul Islamiyah dapat dibagi menjadi tiga bagian :
• Al-Ulumul Syar'iyah, yaitu ilmu-ilmu agama Islam.
• Al-Ulumul Lisaniyah, yaitu ilmu-ilmu untuk memastikan bacaan Al-Qur'an, menafsirkan dan memahami Hadits.
• At-Tarikh wal Jughrofi.
3. Gerakan Filsafat
Gerakan filsafat muncul di akhir zaman bani Umayyah untuk melawan pemikiran Yahudi dan Nasrani. Pemikiran teologis dari agama Kristen sudah berkembang lebih dulu sebelum datangnya Islam dan masuk ke lingkungan Islam secara sengaja untuk merusak akidah Islam. Karena itu timbul dalam Islam pemikiran yang bersifat teologis untuk menolak ajaran-ajaran teologis dari agama Kristen yang kemudian disebut Ilmu Kalam.
Ilmu kalam dalam perkembangannya menjadi ilmu khusus yang membahas tentang berbagai macam pola pemikiran yang berbeda dari ajaran Islam sendiri, karena dalam Al-Qur'an terdapat banyak ayat yang memerintahkan untuk membaca, berfikir, menggunakan akal dan sebagainya yang kesemuanya mendorong umat Islam, terutama para ahlinya untuk berfikir mengenai segala sesuatu guna mendapatkan kebenaran dan kebijaksnaan.
D. Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam Pada Masa Modern
Pada zaman modern pemikiran filsafat telah mengalami pembagian yang jelas dan tegas. Pembagian filsafat menjadi tiga bagian yaitu logika, metafisika dan estetika. Jadi, dari pendapat tersebut dikatakan bahwa filsafat merupakan kegiatan berfikir untuk mencari kebenaran mengenai dari segala sesuatu yang ada baik abstrak maupun kongkret. Namun denagn perkembangan zaman filsafat itu mengalami kemajuan, dimana tidak hanya soal-soal kerohanian dan pengetahuan berkenaan tentang etika kepribadian.
Salah satu pelopor pembaruan dalam dunia Islam Arab adalah suatu aliran yang bernama Wahabiyah yang sangat berpengaruh di abad ke-19. Pelopornya adalah Muhammad Abdul Wahab (1703-1787 M) yang berasal dari nejed, Saudi Arabia. Pemikiran yang dikemukakan oelh Muhammada Abdul Wahab adalah upaya memperbaiki kedudukan umat Islam dan merupakan reaksi terhadap paham tauhid yang terdapat di kalangan umat Islam saat itu. Paham tauhid mereka telah bercampur aduk oleh ajaran-ajaran tarikat yang sejak abad ke-13 tersebar luas di dunia Islam
Disetiap negara Islam yang dikunjunginya, Muhammad Abdul Wahab melihat makam-makam syekh tarikat yang bertebaran. Setiap kota bahkan desa-desa mempunyai makam sekh atau walinya masing-masing. Ke makam-makam itulah uamt Islam pergi dan meminta pertolongan dari syekh atau wali yang dimakamkan disana untuk menyelesaikan masalah kehidupan mereka sehari-hari. Ada yang meminta diberi anak, jodoh disembuhkan dari penyakit, dan ada pula yang minta diberi kekayaan. Syekh atau wali yang telah meninggal. Syekh atau wali yang telah meninggal dunia itu dipandang sebagai orang yang berkuasa untuk meyelesaikan segala macam persoalan yang dihadapi manusia di dunia ini. Perbuatan ini menurut pajam Wahabiah termasuk syirik karena permohonan dan doa tidak lagi dipanjatkan kepada Allah SWT
Masalah tauhid memang merupakan ajaran yang paling dasar dalam Islam . oleh karena itu, tidak mengherankan apabila Muhammad Abdul Wahab memusatkan perhatiannya pada persoalan ini. Ia memiliki pokok-pokok pemikiran sebagai berikut.
a. Yang harus disembah hanyalah Allah SWT dan orang yang menyembah selain dari Nya telah dinyatakan sebagai musyrik
b. Kebanyakan orang Islam bukan lagi penganut paham tauhid yang sebenarnya karena mereka meminta pertolongan bukan kepada Allah, melainkan kepada syekh, wali atau kekuatan gaib. Orang Islam yang berperilaku demikian juga dinyatakan sebagai musyrik
c. Menyebut nama nabi, syekh atau malaikat sebagai pengantar dalam doa juga dikatakan sebagai syirik
d. Meminta syafaat selain kepada Allah juga perbuatan syrik
e. Bernazar kepada selain Allah juga merupakan sirik
f. Memperoleh pengetahuan selain dari Al Qur’an, hadis, dan qiyas merupakan kekufuran
g. Tidak percaya kepada Qada dan Qadar Allah merupakan kekufuran.
h. Menafsirkan Al Qur’an dengan takwil atau interpretasi bebas juga termasuk kekufuran.
Untuk mengembalikan kemurnian tauhid tersebut, makam-makam yang banyak dikunjungi dengan tujuan mencari syafaat, keberuntungan dan lain-lain sehingga membawa kepada paham syirik, mereka usahakan untuk dihapuskan. Pemikiran-pemikiran Muhammad Abdul Wahab yang mempunyai pengaruh pada perkembangan pemikiran pembaruan di abad ke-19 adalah sebagai berikut.
a. Hanya alquran dan hadis yang merupakan sumber asli ajaran-ajaran Islam. Pendapat ulama bukanlah sumber
b. Taklid kepada ulama tidak dibenarkan
c. Pintu ijtihad senantiasa terbuka dan tidak tertutup
Muhammad Abdul Wahab merupakan pemimpin yang aktif berusaha mewujudkan pemikirannya. Ia mendapat dukungan dari Muhammad Ibn Su’ud dan putranya Abdul Aziz di Nejed. Paham-paham Muhammad Abdul Wahab tersebar luas dan pengikutnya bertambah banyak sehingga di tahun 1773 M mereka dapat menjadi mayoritas di Ryadh. Di tahun 1787, beliau meninggal dunia tetapi ajaran-ajarannya tetap hidup dan mengambil bentuk aliran yang dikenal dengan nama Wahabiyah.
Puncak daripemikiran mengenai filsafat pendidikan islam di periode modern terangkum dalm konferensi pendidikan islam sedunia. Penyelenggaraan konferensi ini dapat di nilai sebagai peristiwa yang bersejarah dalam kaitannya dengan perkembangan pemikiran para ahli pendidikan muslim. Selain itu, komperensi tersebut juga merupakan ajang kesadaran para ahli pendidikan dan cendikiawan muslim tentang perlunya diwujudkan suatu bentuk konsep pendidikan Islam yang dapat disepakati bersama.
Dengan demikian gagasan yang dimunculkan dalam komperensi dunia tentang pendidikan Islam tersebut dititik beratkan kepada usaha untuk mengembalikan ajaran islam secara murni dan sekaligus menyesuaikan dengan kebuthan dan perkembangan zaman modern.
















DAFTAR PUSTAKA

Zuhairimi, Dkk. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara
Nata, Abuddin. 2001. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu
http/ madura-elasukton. Blogspot com./ 2010/ 11 Pendidikan Pada Masa Bani Abbasiyah
Jalaludin dan Abdullah. 2007. Filsaafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group
http://motipasti.wordpress.com/tag/Pendidikan-Islam-Masa-Nabi-Muhammad-SAW/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

My link

Thanks